News Update » Kutaraja » News Update

Over Kapasitas, Lapas Kehilangan Fungsi

5 April 2015 - 14:42 WIB

SERAMBIFM.COM, BANDA ACEH – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) dan Rumah Tahanan Negara (Rutan) di Aceh ditengarai telah kehilangan fungsi sebagai lembaga pembinaan akibat faktor kelebihan penghuni (over kapasitas). Kondisi tersebut membuat petugas Lapas dan Rutan sulit mengontrol aktivitas penghuninya, termasuk dalam kasus peredaran narkoba yang melibatkan napi dan sipir.

“Dengan kondisi Rumah Tahanan yang over kapasitas (kelebihan penghuni) seperti Rutan Kelas IIB di Takengon yang pernah kita kunjungi, membuat fungsi pembinaan di Rutan sudah tidak ada lagi,” ujar anggota Komisi I DPRA Bardan Sahidi menanggapi Liputan Eksklusif dengan judul “Melirik Bisnis Sabu di Penjara” yang dilansir Serambi, Sabtu (3/4) kemarin.

Menurut Bardan, maraknya peredaran narkoba di Lapas dan Rutan juga tidak terlepas dari minimnya kesejahteraan petugas sipir penjara. “Desakan hidup dan kebutuhan ekonomi kerap kali membuat sipir terjerumus dalam bisnis haram itu,” katanya.

Di samping itu, katanya, masih ada napi memasukkan alat komunikasi seperti HP (handphone) ke dalam sel untuk berhubungan dengan pihak luar. “Kalau HP bisa masuk ke dalam Lapas, jadi sebetulnya Lapas itu apa? Ini tidak boleh terjadi,” ujar politisi PKS ini.

Menurut Bardan hal yang ia sesalkan justru dalam kasus peredaran narkoba di Lapas dan Rutan turut melibatkan oknum petugas. Kondisi seperti ini semakin memperburuk keadaan dan peredaran narkoba tidak akan pernah bisa diberantas di lingkungan Lapas dan Rutan.

“Bagaimana bisa kita membersihkan lantai dengan sapu yang kotor. Mental petugas harus dibenahi. Jangan sampai pencuri lebih pintar dari polisi,” ujarnya.

Bardan menegaskan masalah narkoba sudah bagitu menggurita di Aceh. Tidak hanya di lingkungan Lapas dan Rutan. Tapi narkoba juga beredar hingga ke berbagai profesi. Pemerintah dan stakeholder lainnya, kata Bardan, harus melakukan tindakan untuk memberantasnya.

“Antara lain dengan memperketat jalur laut yang pada masa konflik kerap dipakai menyelundupkan narkoba ke Aceh dan luar Aceh. Selain itu mental petugas dan kapasitasnya juga harus dibenahi, karena Aceh sangat sedikit memiliki alumni dari Akademi Ilmu Pemasyarakatan,” ujarnya.(sar)