Podcast » Talkshow

LIBAS (Lepas Inspirasi Bisnis Ala Suparno) “Diplomasi Kopi”

18 February 2014 - 18:32 WIB

MENYEBUT kopi, kita akan tertuju ke dataran tinggi Gayo sebagai daerah penghasil kopi. Bahkan, jika Arabika telah menjadi citarasa kopi dunia, maka Tanah Gayo adalah aset bangsa yang memiliki nilai tawar tinggi tentang kopi.

Para ahli citarasa menyebut bahwa seluruh rasa kopi dunia ada di Gayo. Fakta juga menunjukan perdagangan kopi adalah perdagangan terbesar kedua setelah perdagangan migas dan Gayo menjadi memberi andil besar bagi kelanjutan perdagangan kopi dunia. Saat ini pun, Gayo tidak hanya bermakna suku namun telah eksis menjadi label perdagangan kopi dunia.

Fakta-fakta tentang kopi Gayo adalah modal bagi misi diplomasi Aceh untuk dunia saat ini. Sebab, para petani kopi ke depan dapat memainkan peran dan menentukan harga kopi. Pembangunan Resi Gudang di kawasan itu dapat mendorong terwujudnya posisi tawar yang lebih tinggi terkait kopi.

Kopi Gayo adalah manispestasi ekonomi kerakyatan karena mayoritas penduduknya adalah pemilik perkebunan, dengan kondisi tersebut tentu tidak logis jika pemerintah bertekad menyejahterakan rakyat Gayo tetapi mengabaikan Kopi Arabika Gayo.

Dalam perjalanan saya menelusuri Aceh Tengah, didapati fakta bahwa sebaran kopi Gayo ada di tiga kabupaten, yakni Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Gayo Lues. Total luasan tanam pada tahun 2010 mencapai sekitar 94.500 hektare, terdiri dari 48.500 ha di Aceh Tengah, 39.000 hektare di Bener Meriah, dan 7.000 ha di Gayo Lues.

Bayangkan! jika produksi perhektare per tahun 750 kg, dengan harga sekitar 50.000 per Kg, maka ada 3,5 triliun uang yang berputar di Gayo. Itu belum termasuk nilai tambah dari perdagangan Kopi Specialty Arabika Gayo.

Perkenalan saya dengan Sekjend Asosiasi Kopi Luwak Gayo, Zam Zam Mubarak, yang juga pendiri “Aspirasi Coffee” juga memberi inspirasi bagi pengembangan Gayo ke depannya. Ia yang berjibaku dengan para petani kopi juga menginformasikan ada sekitar 24 ton lebih produksi kopi Luwak liar/tahun. Jika harga kopi luwak minimal Rp250.000/kg, maka ada pendapatan sekitar 6 miliar.

Zam Zam dan para petani kopi di Gayo memainkan posisi tawar yang tinggi bagi kelangsungan masa depan Gayo. Jika mereka berjibaku untuk tetap menjaga dan meningkatkan nilai jual kopi Gayo, maka orang-orang seperti mereka adalah inspirasi bisnis bagi negeri ini.

Kita dapat menjadikan Gayo sebagai kiblat kopi dunia, serta mendorong terwujudnya agrowisata kopi Gayo sebagai salah satu destinasi pariwisata unggulan. Inilah yang saya sebut sebagai misi diplomasi para petani kopi Gayo. Dari sini, dapat uncul kehidupan yang lebih baik untuk bisnis Aceh dan bisnis dunia.

Karena bicara kopi adalah bicara kebersamaan dan persaudaraan, maka pembangunan Gayo ke depan harus prioritas. Gayo dapat memainkan diplomasinya melalui perkebunan kopi, sebab melemahnya produksi kopi akan berpengaruh juga kepada stok kopi dunia. Betapa strategisnya posisi para petani kopi di kawasan ini, dan iniliah inspirasi bagi kita, bahwa diplomasi itu dapat juga dibangun dari kopi.

Diplomasi kopi adalah tentang bagaimana pengaruh akan komoditas kopi Gayo yang luar biasa sebagai penggerak ekonomi kerakyatan serta gaya hidup orang berduit di belahan dunia lainnya.

————————————————————-

Syedara lon, program “LIBAS” Radio SerambiFM, bisa Anda dengarkan setiap Hari Senin pada pukul 11.00 Wib.

Program ini mengupas bagaimana Metode Bisnis dan juga mengemas suatu Hal agar menjadi pebisnis sukses dengan berbagai motivasi terbaik dari “LIBAS” Bersama Bapak Suparno. Anda juga kami undang berpartisipasi di line telpon :0651-637172 dan 0811689020