Podcast » Cakrawala

Erupsi Sinabung, Aceh tak Boleh Lagi Lengah

3 February 2014 - 21:05 WIB

Akhirnya, erupsi Sinabang nun di Kabupaten Karo, Sumatera Utara, menelan korban jiwa putra-putri Aceh. Sebagaimana diberitakan Harian Serambi, Minggu kemarin, dari 14 korban jiwa yang tertimbun abu tebal vulkanik akibat letusan Gunung Sinabung pada Sabtu (1/2) pagi hingga siang, enam di antaranya tercatat sebagai warga Aceh, tepatnya Aceh Tenggara (Agara).

Kita patut berduka sedalam-dalamnya atas musibah yang menelan korban jiwa itu. Terlebih karena putra-putri Aceh yang terjebak di bawah guyuran abu vulkanik gunung berapi itu adalah mereka yang sedang menjalankan misi kemanusiaan. Mereka adalah Santun Siregar, Marudut Barisan Sihite, Daniel Siagian, Julpiandi Mori, dan seorang mahasiswa bernama Vitriani boru Napitupulu (25). Mereka tewas bersama pemandu lokal, Mahal Surbakti (25), aktivis mahasiswa yang juga guru honorer.

Musibah ini sedianya bisa dihindari andai para mahasiswa Aceh yang dilihat dari marganya semua keturunan Batak itu, cukup waspada terhadap kondisi di lokasi bencana. Pertama, sebelum bergerak ke lokasi mestinya mereka tahu dan patuh terhadap peringatan pemerintah bahwa berada pada radius di bawah 5 kilometer dari titik semburan abu vulkanik gunung api sangatlah berbahaya. Apalagi gunung itu sudah lama ditetapkan berstatus Awas.

Kedua, jangan terlalu percaya pada pemandu lokal yang mungkin saja sangat berspekulasi terhadap keadaan. Si pemandu lokal tadi mestinya tidak membawa rombongan mahasiswa Aceh ke Desa Suka Meriah, Kecamatan Payung, Kabupaten Karo yang hanya berjarak 2,7 kilometer dari kawah Gunung Sinabung. Terlebih Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sudah menggolongkan kawasan itu sebagai zona berbahaya, karena radius aman berjarak 5 kilometer dari kawah Gunung Sinabung.

Musibah ini mestinya makin menyadarkan kita semua bahwa tak ada gunanya bersikap keras kepala saat berhadapan dengan ancaman bahaya. Meremehkan larangan pihak berwenang, taruhannya adalah nyawa! Sebab bisa saja semburan abu vulkanik tiba-tiba tinggi (di atas 2 kilometer) sehingga radius jatuhan material vulkaniknya pun semakin luas. Terjadinya tragedi kematian 14 korban Sinabung pada hari Sabtu lalu itu lebih karena sikap meremehkan warning BNPB, sehingga mereka terjebak di zona yang sudah sejak awal dinyatakan berbahaya.

Kejadian ini mestinya menjadi iktibar bagi siapa pun yang berada atau datang ke Sumatera Utara dalam minggu-minggu ini, termasuk para relawan. Jaga senantiasa titik aman, jangan nekat masuk ke zona berbahaya, apalagi ke zona sangat terlarang. Menjadi relawan di lokasi bencana tidak dilarang, tapi patuhilah imbauan dan peringatan dari BNPB atau pemerintah setempat bahwa ada zona bahaya yang tidak boleh dimasuki, jika tak ingin nyawa melayang.

Di sisi lain, Pemerintah Aceh pun sudah sedianya tanggap terhadap dampak yang ditimbulkan Sinabung karena sebelum kematian enam mahasiswa Aceh ini pun abu vulkanik akibat erupsi Sinabung sudah mendera sebagian warga Aceh Selatan dan Aceh Tenggara. Kalau kita terus lengah dan bersikap cuek, bukan tak mungkin dampak Sinabung akan menimbulkan penderitaan panjang akibat infeksi pernapasan bagi sebagian warga Aceh yang terpapar lama abu vulkanik Sinabung. Kita bisa kena, kita juga bisa cegah. Maka, cegahlah sebelum kena!

———————————————————–

Syedara lon, Program “Cakrawala” Radio Serambi FM bisa Anda dengarkan setiap Hari, Mulai Senin – Jum’at pada pukul 10.00-11.00 Wib.

Program ini mengupas “Salam Serambi” dengan menghadirkan narasumber berkompeten secara langsung ataupun by phone.
dan syedara lon juga bisa berpartisipasi dalam Acara ini di nomor telp (0651)637172 dan 0811689020 / SMS 0819 878 666

Untuk Selengkapnya, silahkan dengarkan podcast di bawah :