Podcast » Cakrawala

Sudah Saatnyakah Bank Aceh “Go International”?

8 January 2014 - 19:42 WIB

Gubernur Aceh Zaini Abdullah dalam kapasitasnya sebagai pemegang saham pengendali (PSP) PT Bank Aceh, mengharapkan Bank Aceh harus bisa menjadi bank usaha kecil menengah (UKM) yang baik dan go international. “Maksudnya, bank ini perlu membuka jaringan bisnis perbankannya hingga ke berbagai negara di dunia.”

Harapan penting itu disampaikan Gubernur Zaini ketika melantik dan mengukuhkan jabatan tiga direksi baru PT Bank Aceh periode 2014-2018. Ketiga direksi baru Bank Aceh ini merupakan figur yang berhasil lulus fit and proper test yang dilakukan Bank Indonesia dan terpilih secara aklamasi dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPS LB) pada Desember lalu. Mereka adalah Busra Abdullah sebagai Direktur Utama, Zikri A Gani sebagai Direktur Kepatuhan dan Sumber Daya Manusia (SDM), serta Rusydi M Adam sebagai Direktur Operasional.

Dalam pidatonya, Gubernur Zaini menyatakan, Bank Aceh yang memiliki aset mencapai Rp 15,4 triliun, ke depan harus bisa bekerja lebih maksimal lagi untuk percepatan pembangunan ekonomi masyarakat Aceh. “Kita minta perhatian pengurus Bank Aceh untuk memprioritaskan beberapa program, khususnya yang terkait dengan penyaluran kredit ke sektor produktif guna mendorong pertumbuhan ekonomi masyarakat dan tersedianya lapangan kerja.”

Kita setuju Bank Aceh mengepakkan sayapnya ke luar negeri. Hanya saja, untuk saat sekarang kelihatannnya lebih penting berkonsentrasi memikirkan hal-hal yang terkait dengan usaha-usaha mendorong meningkatkan ekonomi masyarakat miskin serta hal-hal yang dapat menciptakan lapangan kerja baru.

Sebab, dilihat dari indikator-indikatornya, kemiskinan di Aceh sebagai suatu kondisi ketidakberdayaan secara individu, keluarga, dan kelompok. Dan, kondisi kemiskinan semacam ini, jika tak cepat diatasi, maka rentan terhadap timbulnya berbagai permasalahan kehidupan sosial.

Di pihak lain, harus pula dipahami bahwa di dalam diri masyarakat miskin tidak hanya terdapat kelemahan, tetapi juga terdapat potensi yang dapat dikembangkan sebagai modal dasar dalam pengembangan dirinya. Kondisi ini mengisyaratkan bahwa program penanggulangan kemiskinan harus mampu mengakomodir kedua aspek tersebut.

Dan, salah satu peran itu dapat diambil oleh Bank Aceh, yakni terkait permodalan. Artinya, kekayaan Bank Aceh yang selama ini lebih terkonsentrasi di tangan orang-orang kaya, ke depan harus digeser formulanya. Sebab, “penguasaan” modal di tangan orang-orang kaya menyebabkan orang-orang miskin tidak memiliki kesempatan untuk mengaktualisasikan potensi-potensinya demi meraih prestasi di bidang ekonomi.

Oleh sebab itulah, untuk saat ini, Bank Aceh kalaupun harus “go international” mungkin hanya sebatas Malaysia, Singapura, atau Thailand yang memang memiliki “keuntungan” timbal balik, di samping pelayanan terhadap nasabah. Tapi, sekalilagi, yang paling penting adalah memikirkan modal bagi kelompok “kurang berdaya” yang selama ini terabaikan oleh Bank Aceh.

—————————————————————

Syedara lon, Program “Cakrawala” Radio Serambi FM bisa Anda dengarkan setiap Hari, Mulai Senin – Jum’at pada pukul 10.00-11.00 Wib.

Program ini mengupas “Salam Serambi” dengan menghadirkan narasumber berkompeten secara langsung ataupun by phone.
dan syedara lon juga bisa berpartisipasi dalam Acara ini di nomor telp (0651)637172 dan 0811689020 / SMS 0819 878 666

Untuk Selengkapnya, silahkan dengarkan podcast di bawah :