Podcast » Cakrawala

Cuma Mengimpor tanpa Ekspor, Apa Jadinya?

21 October 2013 - 18:43 WIB

Pemerintah RI sudah mengizinkan impor melalui Pelabuhan Krueng Geukueh, Aceh Utara, untuk empat jenis barang, yaitu makanan dan minuman, pakaian jadi, alas kaki, dan elektronik yang totalnya mencapai 840 item. Izin impor barang tertentu itu dimuat dalam Peraturan Menteri Perdagangan RI Nomor 61/M/DAG/PER/9/2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 83/M-DAG/PER/12/2012 tentang Ketentuan Impor Produk Tertentu. “Peraturan Menteri Perdagangan tersebut berlaku sejak 30 September 2013, tapi dokumennya baru saja kita terima,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh, Safwan SE MSi, medio pekan lalu.

Langkah selanjutnya yang dilakukan Disperindag Aceh adalah segera menyosialisasikannya kepada pihak-pihak terkait. Seluruh importir serta eksportir yang ada di Aceh dan luar Aceh, pihak pelabuhan, Bea Cukai, serta instansi teknis terkait lainnya akan diajak untuk ikut berpartsipasi. “Ini sangat penting, supaya izin impor barang tertentu untuk Pelabuhan Krueng Geukueh itu diketahui secara luas oleh seluruh pengusaha dan penduduk Aceh, maupun yang berada di luar Aceh,” kata Safwan.

Disperindag Aceh berjanji membantu pengurusan izin sampai ke Jakarta bagi importir dan eksportir barang dagang umum yang berminat mengimpor atau mengekspor melalui Pelabuhan Krueng Geukueh. “Yang terkait dengan perizinan lokal, bisa diurus di Kantor Pusat Pelayanan Perizinan Terpadu yang ada di Kantor Gubernur Aceh.”

Ya, adanya izin impor itu kita sambut gembira. Tapi, tentu tidak bisa terlalu gembira. Sebab, bicara impor tanpa ekspor, itu sama dengan bertepuk sebelah tangan. Makanya, supaya izin impor melalui Pelabuhan Krueng Geukueh itu menjadi betul-betul bermanfaat, yang harus dipikir sejak sekarang adalah “apa yang akan kita ekspor setelah barang impor datang?”

Dari segi lokasi, pelabuhan Krueng Geukueh itu memiliki hinterland atau kawasan pendukung yang memadai. Ada Aceh Tamiang, Aceh Timur, Langsa, Aceh Tenggara, Gayo Lues, Aceh Tengah, Bener Meriah, Bireuen, Aceh Utara, Pidie Jaya, dan Pidie. Separuh Aceh sudah menjadi kawasan pendukung pelabuhan itu.

Dan, daerah-daerah yang menjadi hinterland Krueng Geukueh itu hampir semuanya memiliki komoditas unggulan yang layak ekspor. Antara lain kopi, buah, sayur-sayuran dari Dataran Tinggi Gayo. Ada hasil perikanan darat dan laut dari Aceh pesisir. Banyak pula sumber daya alam dan kerajinan produk home industry Aceh yang bisa menembus pasar Korea, Hong Kong, Cina, dan lainnya. Satu hal yang penting diingat, sekarang belum boleh berpikir mengekspor kayu!

Pengalaman sebelumnya memperlihatkan bahwa mengimpor tanpa mengekspor sesuatu, maka akan membuat dagang berbiaya tinggi. Artinya, menyewa kapal cuma untuk mengimpor barang tanpa memanfaatkannya untuk mengangkut komoditas ekspor, jelas tidak efisien, alias impor berbiaya tinggi. Nah, maka berpikirlah apa yang layak diekspor. Barangkali, hasil bumi dari Aceh Tengah dan Bener Meriah, seperti kopi, alpukat, jagung, kakao, tebu, wortel, dan kentang, termasuk pinang dari kawasan Aceh Utara dan Bireuen, bisa dijadikan ekspor pertama dari Aceh untuk mengimbangi barang-barang impor yang segera masuk melalui Pelabuhan Krueng Geukueh.

———————————

Syedara lon, Program “Cakrawala” Radio Serambi FM bisa Anda dengarkan setiap Hari, Mulai Senin – Jum’at pada pukul 10.00-11.00 Wib.

Program ini mengupas “Salam Serambi” dengan menghadirkan narasumber berkompeten secara langsung ataupun by phone.
dan syedara lon juga bisa berpartisipasi dalam Acara ini di nomor telp (0651)637172 dan 0811689020 / SMS 0819 878 666

Untuk Selengkapnya, silahkan dengarkan podcast di bawah :