Saatnya Kita ‘Bersih’ Memanfaatkan Air Bersih
29 November 2013 - 18:10 WIB
Cerita tentang air PAM atau lazim disebut PDAM, bagai cerita bersambung nan tak berkesudahan. Mulai dari air macet yang membuat pelanggan merepet, hingga pihak perusahaan yang kewalahan menghadapi ulah pelanggan yang aneh dan menjurus tak mau tahu.
Dalam dua hari terakhir ini misalnya, sebuah tim khusus dari PDAM Tirta Daroy melakukan penertiban penggunaan air bersih di kawasan Diwai Makam, Gampong Lambaro Skep Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh. Kawasan mana yang dulunya menjerit berkepanjangan untuk mendapatkan fasilitas air bersih, karena kawasan itu tak memiliki sumur yang laik pakai. Akibat daerah baru tersebut dulunya adalah kawasan payau dengan kadar garam tinggi. Artinya, air PDAM adalah satu satunya harapan.
Menyahuti kondisi riil tersebut, Pemko Banda Aceh selaku pemegang otoritas PDAM Tirta Daroy, membuka layanan sambungan air bersih ke kawasan tersebut.
Lalu berduyun duyunlah warga Diwai Makam dan sekitarnya mendaftar menjadi pelanggan. Namun seiring waktu, kondisi makin berbeda. Dengan berbagai dalih, kedisiplinan warga dalam membayar rekening makin mengendur. Namun di sisi lain, pemanfaatan air justru makin intensif. Bagaimana mungkin?
Seperti yang terungkap dalam operasiTim Khusus PDAM Tirta Daroy yang dipimpin Kepala Kantor Cabang I PDAM Tirta Daroy Drs T Ilham Yacobs MSi didampingi Kasi Administrasi, Andawiyah, kepada harian ini, edisi kemarin. Sebagian warga Diwai Makam melakukan sambungan liar dengan cara bypass, untuk memanfaatkan air bersih PDAM. Tentu saja semua itu dilakukan secara ilegal, atau tepatnya mencuri air!
Nyaris 60 persen pelanggan di Diwai Makam memanfaatkan air curian, dengan kata lain masih ada yang punya hati atau nurani, dengan memanfaatkan air bersih secara legal atau melalui sambungan resmi, juga seperti diakui T Ilham.
Jelas kondisi ini memunculkan kecemburuan, terutama dari pihak yang secara jujur memanfaatkan air bersih. Mereka sadar bahwa PDAM harus membayar jasa listrik, perawatan pipa, membeli kaporit, serta menggaji karyawan. Sementara bagi para maling air, mereka seakan tak mau tahu dengan kondisi itu, yang penting air lancar.
Seharusnya semua pihak harus sadar, memanfatkan barang curian–walau hanya air–untuk penghidupan sehari-hari adalah hal yang sangat naif dilakukan. Bagaimana kita bersuci dengan air curian yang nota bene haram, bagaimana kita memasak atau bertanak untuk keluarga di rumah, dengan barang haram. Lebih parah lagi, kita akhirnya membesarkan generasi penerus dengan air yang didapat secara haram pula. Nauzubillah!
Di sisi lain kita ikut berteriak teriak soal pemberlakuan Syariat Islam, menggerebek maksiat dan bahkan menggelandang pelakunya. Namun kita ternyata tidak berprilaku syariat, pada hal hal yang kadang dianggap sepele. Memanfaatkan air curian untuk kehidupan. Sudah saatnya kita sadar untuk tak lagi melakukan dosa berkepanjangan, termasuk menipu perusahaan milik negara yang notabene juga melayani kebutuhan dasar ribuan atau bahkan ratusan ribu orang. Semoga!
————————————————————-
Syedara lon, Program “Cakrawala” Radio Serambi FM bisa Anda dengarkan setiap Hari, Mulai Senin – Jum’at pada pukul 10.00-11.00 Wib.
Program ini mengupas “Salam Serambi” dengan menghadirkan narasumber berkompeten secara langsung ataupun by phone.
dan syedara lon juga bisa berpartisipasi dalam Acara ini di nomor telp (0651)637172 dan 0811689020 / SMS 0819 878 666
Untuk Selengkapnya, silahkan dengarkan podcast di bawah :