LIBAS (Lepas Inspirasi Bisnis Ala Suparno) “JUALAN”
23 September 2013 - 22:23 WIB
PEKAN Kebudayaan Aceh (PKA) ke-6 sedang berlangsung di Taman Sri Ratu Safiatuddin, Banda Aceh. Moment empat tahunan itu menjadi tempat berkumpulnya banyak orang dari semua penjuru Aceh, bahkan dari luar daerah.
Kita bisa menemukan apa saja di arena PKA, makanan, pakaian, dan apa saja yang dapat dijual ke semua orang. Untuk para pedagang, PKA menjadi moment meraih keuntungan, lihatlah betapa orang ramai dan tidak merasa terbebani untuk berdesak-desakan datang ke arena PKA. Mereka itu, membawa banyak uang dan mau membeli sesuatu. Mereka mencari para penjual atau pedagang yang menawarkan barang yang dibutuhkan para pengunjung. Perhatikanlah, mereka yang kembali dari PKA di Taman Ratu Safiatuddin itu, pasti membawa pulang sesuatu yang mereka beli.
Moment PKA sejatinya menjadi saat berharga bagi para pedagang. Mereka bisa jualan apa saja untuk bersaing memperebutkan pengunjung yang datang membawa uang. Jualan apa saja, asal tidak menjual barang yang ilegal atau dilarang menurut hukum yang berlaku di negeri ini.
Pelajaran penting apa yang bisa kita petik dari kegiatan “jualan” itu? tentu di LIBaS kali ini, kita harus mulai mengubah cara pandang soal “jualan”. Selama ini, jualan sering diasosiasikan kegiatan yang perlu modal dan duit untuk memulainya. Padahal tidak demikian, jualan itu bisa dilakukan dengan tanpa duit sekalipun. Sebab, hakikatnya yang memerlukan duit itu bukan penjual tetapi mereka para pembeli. Para pembeli membutuhkan banyak uang untuk membeli sesuatu yang mereka inginkan. Hal inilah yang jarang dipahami para pedagang sehingga mentalnya tidak terbentuk untuk berjualan pada moment tertentu, seperti pada PKA kali ini.
Jualan itu soal mental, mental penjual itu selalu bergerak mencari apa yang bisa dijual. Jualan itu soal kemauan, meski tidak ada barang di tangan yang dapat dijual, tetapi seorang penjual mampu memetakan barang-barang di luar genggamannya untuk dapat dijual ke pasar. Misalnya, ia hanya mampu memotret sampel barang dengan harga yang tersedia dan menawarkannya ke pasar atau hanya memerlukan pinjaman katalog barang yang bisa dijual.
Hal inilah yang jarang kita dapat di bangku sekolah, mental kita saat kecil telah dibentuk menjadi pekerja kantoran dan konsumtif menjadi pembeli. Semasa sekolah dasar, bukankah kita masih ingat kalimat-kalimat yang diajarkan dalam tokoh “Si Budi” pada buku pelajaran membaca. Misalnya, “Ini ibu Budi, ibu Budi pergi ke pasar membeli mangga” dan “Ini bapak Budi, bapak Budi pergi ke Kantor”.
Dua kalimat di atas sebenarnya menggambarkan situasi di mana Ibu Budi ke pasar itu untuk belanja, yakni membeli. Bapak Budi pergi ke kantor itu untuk bekerja, bukan untuk berdagang. Gambar-gambar pendukung bapak Budi pergi ke kantor juga dilengkapi dengan pakaian yang rapih, meja kerja, dan kendaraan untuk pergi yang mengasosiasikan mental pekerja, bukan pebisnis.
Bacaan-bacaan itu, yang telah membentuk kita seperti saat ini, kiranya perlu kita sempurnakan kembali dengan mengubah dengan sudut pandang dan contoh yang berbeda yang menciptakan situasi mendorong anak-anak menjadi wirausahawan handal.
—————————–
Syedara lon, program “LIBAS” Radio Serambi FM bisa Anda dengarkan setiap Hari Senin pada pukul 11.00 Wib.
Program ini mengupas bagimana Metode Bisnis dan juga mengemas suatu Hal agar menjadi bisnis succses dengan berbagai motivasi terbaik dari “LIBAS” Bersama Bapak Suparno. anda juga kami undang berpartisipasi di line telpon : 0651-637172 dan 0811689020 dan SMS 0819878666