News Update » News Update » Pidie

Polisi Periksa Sipir Rutan Sigli

2 December 2015 - 16:27 WIB

SERAMBIFM.COM, SIGLI – Polres Pidie akan memeriksa sipir Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas II Sigli menyusul kaburnya tujuh napi, Minggu (29/11). Dari tujuh napi yang kabur itu, empat orang berhasil diringkus sedangkan tiga lainnya masih diburu.

Kapolres Pidie, AKBP Muhajir SIK MH melalui Wakapolres Kompol H Nazaruddin MM kepada Serambi, Selasa (1/12) mengatakan, Sat Intelkam Polres Pidie segera memanggil sipir Rutan Sigli untuk diperiksa. Jika dalam pemeriksaan nantinya ada di antara sipir terlibat akan diproses secara hukum. “Jika mengamati kronologis pelarian tujuh napi tersebut, ada indikasi keterlibatan sipir. Tapi itu baru dugaan. Untuk lebih terang kita akan interogasi sipir yang dijadwalkan Rabu 2 Desember,” kata Kasat Reskrim Polres Pidie.

Dijelaskan, tujuh napi tersebut telah menyusun strategi jauh-jauh hari untuk kabur. Ketujuh napi tersebut masing-masing Andri (30) warga Teupin Raya, Kecamatan Glumpang Tiga, Abubakar (35) warga Tiro dan Arifuddin (25) warga Keumala telah dijemput dua temannya menggunakan dua sepeda motor yang menunggu di jalan di depan Rutan Sigli.

Sedangkan Hamdani (38) warga Bireuen, Ramli (45) warga Mane, dan M Isa warga Keumangan, Kecamatan Mutiara serta Mushadi (40) warga Pulo Ara, Kecamatan Jeumpa, berhasil diringkus di tambak warga di Gampong Blang Paseh.

“Napi itu berjumlah tujuh orang. Saat keluar dari rutan satu orang bernama Hamdani menodongkan senjata airsoft gun ke arah sipir. Saat terjadi penodongan, kesempatan enam napi bergegas kabur ke luar pintu rutan. Tiba-tiba datang satu petugas menendang Hamdani yang sedang menodong sipir menyebabkan senjata pelaku terlempar,” kata Nazaruddin.

Kepala Rutan Sigli, Gunarto kepada Serambi, Selasa (1/12) mengatakan, kaburnya tujuh napi dari Rutan Sigli karena lemahnya pengamanan petugas pada hari tersebut. Napi diduga telah merencanakan kabur sehingga memilih hari Minggu ketika penjagaan tidak lengkap karena hari libur. Di mana dua penjaga tidak ada dan termasuk komandan jaga tidak di tempat. Sehingga napi mampu membaca situasi.

“Saya tidak mengetahui bagaimana senjata airsoft gun itu bisa masuk, padahal kita sudah sangat ketat melakukan pemeriksaan setiap pengunjung. Senjata itu untuk menakuti sipir saja. Pihak Kanwil Menkum-HAM Aceh telah turun ke sini. Saya tidak mengetahui apakah ada sipir yang terlibat dalam kasus itu,” demikian Gunarto.(naz)