Podcast » Cakrawala

Makin Banyak Uang Kok Makin Miskin

18 September 2015 - 20:49 WIB

MIRIS sekaligus memprihatinkan! Ketika kita disodorkan sebuah fenomena Aceh kekinian, yang terungkap dalam acara Rapat Koordinasi Sinkronisasi dan Sinergitas Pelaksanaan Program Pemberantasan Kemiskinan Antarinstansi Terkait se-Aceh, di Hotel Kuala Raja, Banda Aceh, Rabu (16/9) lalu.

Di situ secara gamblang dipaparkan angka kemiskinan Aceh pada Maret 2015, naik mencapai 851.000 orang atau bertambah 14.000 orang dari periode September 2014. Satu angka yang terasa kontradiktif dengan kucuran dan gelimang uang yang diterima Pemerintah Aceh sejak tahun 2008, dalam bentuk Dana Otonomi Khusus (Otsus). Lantas kita bertanya, kemana mengalirnya uang itu. Apakah bak lagu Begawan Solo, ciptaan Almarhum Gesang, Mata airmu dari Solo…Terkurung gunung seribu…Air meluap sampai jauh…Dan akhirnya ke laut….!?

Yaa..mungkinkah air melimpah yang bernama Dana Otsus itu mengalir begitu saja ke lautan lepas sana, ibarat awan tersaput angin hingga tanpa bekas sedikitpun.

Catatan harian ini mengungkapkan, sejak tahun 2008 Aceh disiram dengan dana Otsus, dimulai dengan angka Rp 3,5 triliun, lalu terus bertambah secara fluktuatif hingga tahun 2015 dengan kisaran Rp 7,0 triliun. Bahkan tahun 2014, pemerintah pusat menggelontorkan Dana Otsus untuk Aceh mencapai Rp 8,1 triliun.

otal jumlah dana Otsus yang telah ‘dihamburkan’ Pemerintah Pusat ke Aceh hingga tahun 2015 adalah sekitar Rp 42,5 triliun. Bahkan untuk tahun 2016, Jakarta telah menyuarakan janjinya mengkucurkan Dana Otsus ke Aceh senilai Rp 7,7 triliun.

Jika sesuai dengan komitment Jakarta, Dana Otsus itu akan terus dikucurkan ke Aceh hingga sampai dengan plafon senilai Rp 100 triliun.

Ada apa sebenarnya, hingga dana Rp 42,5 triliun tak mampu mengangkat martabat 5 juta rakyat Aceh secara ekonomi. Dana sebesar itu bukannya membuat masyarakat berdaya secara ekonomi, malah kemiskinan yang bertambah.

Beberapa waktu lalu, Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh, Prof Dr Abubakar Karim MS melalui harian ini mengatakan, pemanfaatan dana itu tetap sesuai petunjuk, yakni membiayai bidang infrastruktur, ekonomi rakyat, pengentasan kemiskinan, pendidikan, kesehatan, dan sosial.

Penyataan Prof Abubakar itu terasa normatif dan sedikit berbau sloganistis. Masalahnya, kok makin banyak uang makin miskin? Jawaban memang sudah didapat, karena sejak tahun 2008 hingga matahari tadi pagi muncul menyinari Tanah Aceh, Dana Otsus itu ternyata nyaris dikelola secara suka suka, karena tidak punya blue print. Abubakar sendiri pernah mengakui fenomena tersebut, dan secara terbuka menyatakan, ia juga tidak tahu mengapa dulu rencana induk ini tak dibuat. “Sekarang kami sedang menggodoknya,” kata Abubakar, bulan silam.

Yang terjadi selama ini adalah, pemanfaatan Dana Otsus hampir seperti khanduri luah blang atau kuet pade reudok. Dana Otsus dicincang hinga nyaris tak ada efek pemberdayaan bagi masyarakat. Sebagai gambaran, Dana Otsus sudah puluhan miliar, untuk telur saja kita masih pontang panting memburunya ke Medan. Petani sawit juga masih terlilit dengan konspirasi pemilik modal dan tengkulak tandan buah segar (TBS), hingga makin terpuruk tak berdaya. Dana Otsus memang meluap sampai jauh…Dan akhirnya ke laut….!?

—————————————————————-

Syedara lon, Program “Cakrawala” Radio Serambi FM bisa Anda dengarkan setiap Hari, Mulai Senin – Jum’at pada pukul 10.00-11.00 Wib.

Program ini mengupas “Salam Serambi” dengan menghadirkan narasumber berkompeten secara langsung ataupun by phone.
dan syedara lon juga bisa berpartisipasi dalam Acara ini di nomor telp (0651)637172 dan 0811689020 / SMS 0819 858 777