Podcast » Cakrawala

Arun Berakhir, Aceh Ngapain?

9 June 2015 - 21:11 WIB

Tiga ratusan paket proyek APBA 2015 yang bernilai total sekitar Rp 500 miliar terpaksa dihapus karena salah prediksi penereimaan APBA dari dana bagi hasil migas. Diprediksi Rp 740 miliar, ternyata setelah dihitung ulang, tahun ini Aceh hanya kebagian sekitar Rp 218 miliar. Anjloknya penerimaan Aceh dari sumber itu karena kegiatan ekspor migas Arun ke Korea dan Jepang sudah berakhir pada Desember 2014.

Kepala Badan Perencaaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Aceh, Prof Dr Abubakar Karim MS yang dikonfirmasi Minggu (7/6) hanya bisa mengatakan, tak menyangka target penerimaan dari sumber dana bagi hasil migas tersebut menurunnya sangat besar mencapai 70 persen, atau senilai Rp 522 miliar.

Konsekuensi dari pengurangan target penerimaan itu, proyek-proyek infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan lainnya yang sumber pembiayaannya dari dana tambahan bagi hasil migas, harus dihapus. Terutama yang belum dilelang, belum dikontrakkan, atau yang belum dikerjakan kontraktor.

Pertama kita ingin mengatakan bahwa ini adalah kabar yang paling memprihatinkan bagi Aceh. Ada beberapa hal yang memunculkan keprihatinan. Pertama, siapapun tahu, penghapusan rencana pekerjaan (proyek) sampai 300 paket menunjukkan bahwa Pemerintah Aceh tidak antisipatif.

Jika dikatakann salah memprediksikan, kita ingin bertanya, siapa yang memprediksikan itu. Sebab, di Aceh ini, sejak 10 tahun lalu, anak-anak pun sudah tahu bahwa masa kejayaan PT Arun berakhir pada Desember 2014. Lalu, kenapa baru sekarang mengatakan salah memprediksi penerimaan?

Selain itu, sejak 10 tahun lalu juga sudah begitu banyak para cendikia yang mengingatkan pemerintah dan masyarakat Aceh supaya bersiap-siap mengantisipasi berakhirnya masa kejayaan PT Arun. Beberapa tahun lalu, banyak pihak yang menggelar forum diskusi dan semacam dengan melibatkan banyak kalangan guna membicarakan tentang antisipasi Aceh pasca berakhirnya gas alam Arun.

Namun, kenyataan hari ini kita seperti tidak melakukan apa-apa kecuali mengurangi rencana kerja, yakni menghapus 300 paket proyek. Jangan-jangan yang dihapus itu malah yang sangat dibutuhkan masyarakat.

Makanya, atas kesalahan perhitungan anggaran yang memalukan itu, kita berharap proyek-proyek yang dihapus itu jangan cuma fisik. Tapi, juga rencana-rencana aksi yang tak penting justru lebih tepat untuk dihapus. Misalnya rencana perjalanan pejabat eksekutif dan legislatif, seperti kunjungan kerja, studi banding, dan semacamnya.

Kemudian, atas ketelanjuran tahun ini, kita pun berharap, Pemerintah Aceh bersama DPRA, dan para bupati/wali kota untuk berpikir kembali secara cerdas guna mengantisipasi berakhirnya masa kejayaan gas alam Arun yang telah menurunkan penerimaan hingga setengah triliun rupiah. Mengantisipasi yang kita maksud adalah mencari sumber-sumber pendapatan baru agar pembangunan Aceh dapat terbiayai secara baik. Nah?!

—————————————————————-

Syedara lon, Program “Cakrawala” Radio Serambi FM bisa Anda dengarkan setiap Hari, Mulai Senin – Jum’at pada pukul 10.00-11.00 Wib.

Program ini mengupas “Salam Serambi” dengan menghadirkan narasumber berkompeten secara langsung ataupun by phone.
dan syedara lon juga bisa berpartisipasi dalam Acara ini di nomor telp (0651)637172 dan 0811689020 / SMS 0819 858 777