Podcast » Cakrawala

Abaikan Kepentingan Buaya, Prioritaskan Masyarakat

21 May 2015 - 21:00 WIB

Ratusan warga yang menggantungkan hidup sebagai pencari lokan (kerang sungai) dua hari lalu berdemo ke Kantor Bupati Aceh Singkil, sambil memboyong dua ekor buaya dewasa. Ini merupakan simbol kekecewaan karena pemerintah dianggap lebih peduli buaya ketimbang terganggunya lahan usaha masyarakat.

Selama beberapa tahun terakhir, sebagian masyarakat Singkil memang sangat terganggu mata pencariannya menyusul banyaknya perkembangbiakan buaya di sana. Bahkan, konflik buaya vs warga Singkil kian memuncak setelah buaya memangsa hingga tewas warga setempat beberapa waktu lalu.

Kisah pilu anak yatim dan janda yang ditinggal mati suaminya akibat dimangsa buaya, menjadi bahan orasi para demonstran di halaman kantor bupati. “Di hadapan bapak pejabat sendiri buaya memangsa bapak anak-anak yang kini menjadi yatim. Kami meminta pindahkan buaya dari tempat kami mencari nafkah,” teriak seorang orator.

Masyarakat bahwa menantang Pemkab Aceh Singkil terkait konflik manusia dan binatang ini. “Kalau pemerintah tidak sanggup, kami nyatakan perang dengan buaya. Gara-gara buaya masyarakat kehilangan mata pencaharian.”

Selain menyalahkan pemerintah setempat yang dianggap kurang mengayomi kepentingan masyarakat, para pengunjuk rasa juga mengutuk sikap Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) yang dinilai lebih menyayangi buaya ketimbang manusia.

Konflik manusia dengan binatang, di Aceh memang belum terselesaikan secara baik oleh pemerintah. Oleh kerenanya, setiap terjadi konflik kepentingan manusia dengan satwa, biasanya masyarakat menyelesaikan sendiri dengan caranya, termasuk di antaranya dengan cara yang melannggar hukum. Misalnya menggunakan jerat atau perangkap yeng terkadang memang mematikan bintang yang menjadi musuh bagi warga tertentu.

Kita mencatat begitu banyak konflik manusia dengan binatang di Aceh. Ada konflik petani dengan gajah, konflik dengan harimau, dan buaya. Lalu, babi, tikus, dan beberapa jenis hewan langka lainnya juga acap menjadi penggaggu serius bagi kepentingan menusia, terutama petani.

Ironinya, setiap kali gangguan terhadap manusia oleh binatang-binatang itu memuncak, pemerintah melalui instansi terkait selalu berada dalam posisi yang tidak berdaya. Alasan paling klasik adalah tak punya dana opersional.

Dan, kita memberi apresiasi kepada pihak-pihak seperti TNI dan Polri atau kumintas tertentu yang pernah membantu petani, misalnya dengan menggelar operasi buru babi, basmi tikus, usir gajah, dan lain. Lalu, kita juga ingin mengingatakan bahwa dalam setiap konflik binatang dengan manusia, pemerintah jangan justru kelihatan hadir untuk menyelamatkan binatang-binatang itu seperti tanpa memprioritaskan kepentingan masyarakat. Inilah yang membuat masyarakat, terutama petani, merasa kecewa kepada pemerintah. Nah?

—————————————————————-

Syedara lon, Program “Cakrawala” Radio Serambi FM bisa Anda dengarkan setiap Hari, Mulai Senin – Jum’at pada pukul 10.00-11.00 Wib.

Program ini mengupas “Salam Serambi” dengan menghadirkan narasumber berkompeten secara langsung ataupun by phone.
dan syedara lon juga bisa berpartisipasi dalam Acara ini di nomor telp (0651)637172 dan 0811689020 / SMS 0819 858 777