News Update » Aceh Utara » News Update

PDAM Stop Suplai Air Bagi 3.000 Pelanggan

1 February 2015 - 15:45 WIB

SERAMBIFM.COM, LHOKSUKON – Perusahaan Derah Air Minum Daerah (PDAM) Tirta Mon Pase, Kabupaten Aceh Utara, sejak sebulan terakhir menyetop suplai air bersih ke ribuan pelanggan di Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara. Alasannya, pelanggan menunggak tagihan rekening air dari tiga bulan hingga 80 bulan. Jumlah tunggakan mencapai capai Rp 14 miliar lebih.

Kepala Bagian Hubungan Langganan PDAM Tirta Mon Pase, Syahrul kepada Serambi, Sabtu (31/1) mengatakan, jumlah pelanggan di Kota Lhokseumawe mencapai 6.000 rumah dengan jumlah tunggakan Rp 3,7 miliar lebih. Selebihnya berada di wilayah Aceh Utara. “Kami sedang menertibkan pelanggan yang menunggak. Kawasan yang banyak menunggak terpaksa kami hentikan suplai air bersih ke rumahnya,” ujar Syahrul.

Menurutnya, baru-baru ini, pihaknya sudah memutuskan suplai air bersih ke kawasan Mon Geudong, lalu ke kawasan Pusong Lama dan Pusong Baru serta seumlah desa lainnya di Kota Lhokseumawe. Jumlah tunggakan di kawasan itu juga mencapai Rp 500 juta lebih, dengan masa tunggakan dari tiga hingga enam tahun. “Kawasan Pusong ada sekitar 350 pelanggan, namun pelanggan yang aktif membayar hanya sekitar 20 orang saja,” kata Syahrul. Karena itu, katanya, petugas terpaksa menghentikan suplai air, karena biaya operasional untuk melayani 20 pelanggan lebih besar dengan jumlah tagihan. Jika mereka sepakat membayar tagihan itu, maka akan disambung kembali.

Ditambahkan Syahrul, pihaknya telah bekerjasama dengan Bank BRI untuk memudahkan proses pembayaran, karena bank tersebut memiliki unit hampir di setiap kecamatan di Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara. Ia juga mengimbau kepada seluruh pelanggan PDAM Tirta Mon Pase di Lhokseumawe dan Aceh Utara yang masih menunggak, agar segera melunasinya, jika tidak dilunasi segera, petugas akan menertibkannya.

Khumaini dan Teguh, warga Pusong Lama meminta agar pihak PDAM segera mencari solusi, sehingga warga yang disiplin membayar setiap bulan dapat menikmati air bersih. “Karena kawasan desa kami dekat dengan pinggiran laut, sehingga air sumur terasa asin dan berwana kuning, sehingga tidak layak dikonsumsi dan mandi. Namun, karena suplai bersih macet sehingga kami terpaksa mandi dengan air sumur,” kata Teguh. (jf)