Soal Tambang Emas, Gubernur Dilematis
3 September 2014 - 21:10 WIB
Instruksi gubernur menghentikan aktivitas pertambangan demi menyelamatkan lingkungan, hingga kemarin terus mengundang reaksi dari berbagai kalangan. Forum Komunikasi Generasi Muda Pidie (Fokusgampi) mendesak Gubernur Zaini Abdullah, untuk mencari solusi terhadap kelanjutan nasib rakyat penambang emas. Mereka menganggap intruksi penutupan tambang rakyat hanya akan menimbulkan konflik berkelanjutan.
Sedangkan Yayasan Advokasi Rakyat Aceh (YARA) berpendapat, “Kebijakan Gubernur menutup usaha tambang emas rakyat sangat emosional tanpa memikirkan nasib rakyat yang semakin hari semakin melarat hidupnya.”
Justru itulah, gubernur diminta mencari jalan lain mencegah kerusakan lingkungan yang terjadi di beberapa daerah di Aceh. Jika gubernur melarang masyarakat yang mengantungkan hidupnya pada usaha tambang, maka gubernur harus memberi kompensasi terhadap kebutuhan mereka.
Menurut YARA, salah satu persoalan pokok yang harus diatasi adalah memberi edukasi dan mengawasi aktivitas tambang rakyat agar tidak merusak lingkungan. YARA pun meminta polisi serius mengusut kasus pemasokan merkuri dan logam berat lainnya secara ilegal ke Aceh.
Gubernur juga harus melakukan pendekatan dengan masyarakat panambang dengan memberi penyuluhan dan sanksi terhadap perusak lingkungan. “Setidaknya dengan pengetahuan tentang aturan tambang yang ada bisa membuat para panambang sadar akan bahaya dan sanksi hukum jika melakukan tindakan yang membahayakan lingkungan dalam melakukan penambangan emas,” kata YARA.
Kapolda Aceh, Irjen Pol Husein Hamidi mengatakan polisi akan tetap fokus menertibkan penambangan ini dengan cara memutus peredaran merkuri ke Aceh. “Dengan demikian, nanti usaha tambang yang dapat membahayakan ini bisa terhenti.”
Sebelumnya ribuan warga yang menggantungkan hidupnya pada kegiatan penambangan emas itu telah menyatakan sikap menolak keras penyetopan aktivitas di tempat mereka mencari nafkah.
Aksi penolakan oleh massa dari Kecamatan Geumpang, Mane, dan Tangse, Kabupaten Pidie itu ditandai dengan pembubuhan cap jempol darah di selembar kain putih.
Ya, penambang tidak akan menutup usaha tambang dan siap berhadapan dengan risiko apapun. Satu hal penting yang mereka harap kepada pemerintah adalah, “Bila pengelolaan tambang selama ini dianggap tidak ramah lingkungan pemerintah harus mencari cara mengolah yang ramah lingkungan.”
Ya, kini menjadi tugas berat bagi gubernur atau jajaran pemerintah di Aceh untuk memikirkan dua hal paling urgen. Pertama harus menyelamatkan lingkungan. Dan, kedua memikirkan nasib masyarakat yang sudah telanjur menggantungkan hidupnya pada aktivitas pertambangan.
Sebab, bahwa lingkungan sudah tercemar, itu secara ilmiah telah terbukti. Bahkan, kini hampir semua jenis ikan dan semacamnya yang hidup di Krueng Teunom, Aceh Jaya, terus mati. Tiap hari, bangkai-bangkai ikan mengapung di permukaan sungai. Kita tunggu solusi cepat dan tepat dari pemerintah yang memang dilematis.
———————————————————–
Syedara lon, Program “Cakrawala” Radio Serambi FM bisa Anda dengarkan setiap Hari, Mulai Senin – Jum’at pada pukul 10.00-11.00 Wib.
Program ini mengupas “Salam Serambi” dengan menghadirkan narasumber berkompeten secara langsung ataupun by phone.
dan syedara lon juga bisa berpartisipasi dalam Acara ini di nomor telp (0651)637172 dan 0811689020 / SMS 0819 878 666