Kebiasaan Heboh Bisnis Semusim
3 September 2014 - 20:13 WIB
Banyak warga di Kota Subulussalam dan Kabupaten Aceh Singkil kini sedang “gila-gilaan” dengan bisnis geliga (batu) landak. Betapa tidak, satu batu landak berkualitas super harganya bisa tembus ratusan juta rupiah atau sekitar Rp 2,5 juta per gram. Rata-rata batu landak yang ditemukan warga berkisar antara 70-300 gram.
Makanya, kini landak menjadi binatang paling diburu di sana. Landak seolah menjadi ‘mesin uang’ karena memiliki batu geliga di tubuhnya. Landak hasil tangkapan harganya antara Rp 700 ribu sampai Rp 1 juta per ekor. Sedangkan landak yang telah dipelihara (penangkaran) bisa mencapai Rp 2,5 juta hingga Rp 3 juta per ekor.
Landak tangkapan adalah landak liar yang ditangkap di hutan lalu dipelihara selama enam sampai delapan bulan untuk menghasilkan batu geliga. Batu geliga ini bentuknya memang seperti batu alam. Tapi, geliga tidak sekeras batu. Ia hanya merupakan endapan yang bisa dipotong dengan parang atau pisau.
Endapan protein dan enzim dalam geliga landak berfungsi sebagai biokatalisator, penetralisir dan antibodi yang membentuk kekebalan organ tubuh. Semua unsur yang mengancam kesehatan metabolisme tubuh akan diikat oleh enzim tersebut dan diubah menjadi protein yang sesuai metabolisme tubuh yang normal.
Begitulah, kini landak menjadi primadona bisnis temporer. Heboh geliga landak ini mengingatkan kita pada euforia bisnis batu giok, tambang emas, tokek, sarang walet, dan lain-lain. Kita menyebut bisnis temporer, karena ia hanya menjadi bisnis semusim. Tiba pada waktunya nanti, jika ada temuan baru yang lebih “fantastis”, maka geliga akan kehilangan daya tarik.
Jadi, beternak landak atau tokek, tidak lebih menjanjikan dibanding beternak ayam, sapi, kerbau, kambing, dan itik yang memang kebutuhan sehari-hari masyarakat. Usaha ini akan selalu survive dalam segala kondisi. Ibarat kata orang dulu, ia “takkan lapuk di musim hujan” dan “takkan lekang di musim panas”.
Sedangkan kepada yang sudah memilih usaha menjadi “produsen geliga landak” kita berharap dapat menjaga kualitas agar apa yang diproduksi tetap berharga. Dan, kepada yang belum terjun ke usaha ini sebaiknya berpikir-pokir juga bahwa apakah ketika semua orang memproduksi geliga maka harga geliga akan tetap tinggi? Dan, apakah akan selamanya ada penampung? Ingat fenomena cengkeh empat puluh tahun lalu. Harganya selangit, sehingga semua orang gila-gilaan menjadi petani cengkeh. Pegawai negeri, polisi, tentara, dan lainnya semua naik ke gunung menanam cengkeh. Harga lahan untruk kebun cengkehpun mahalnya minta ampun.
Tapi, apa yang terjadi kini? Ketika pabrik rokok mengurangi produksinya bahkan ada yang tutup karena semua orang sudah dilarang merokok, cengkeh tak berharga lagi. Dan, orang-orang meninggalkan kebun-kebun cengkehnya menjadi semak belukar walau sudah banyak mengeluarkan modal.
Karena itulah, hati-hati jangan sampai mabuk kepayang dengan bisnis-bisnis yang belum memiliki “daya tahan” di pasar.
————————————————————-
Syedara lon, Program “Cakrawala” Radio Serambi FM bisa Anda dengarkan setiap Hari, Mulai Senin – Jum’at pada pukul 10.00-11.00 Wib.
Program ini mengupas “Salam Serambi” dengan menghadirkan narasumber berkompeten secara langsung ataupun by phone.
dan syedara lon juga bisa berpartisipasi dalam Acara ini di nomor telp (0651)637172 dan 0811689020 / SMS 0819 878 666