Podcast » Cakrawala

Krisis Siswa, Haruskah SMP Pinggiran Ditutup?

10 June 2014 - 18:48 WIB

Sejumlah SMP pinggiran di Banda Aceh dalam setahun terakhir dilaporkan krisis pelajar. Ini ada kaitannya dengan sistem penerimaan siswa baru yang tak lagi menggunakan sistem rayon, tapi menggunakan sistem online yang memberi kebebasan kepada siswa dari wilayah mana pun untuk mendaftar ke sekolah-sekolah unggul di pusat Kota Banda Aceh.

Menurut Sekretaris Koalisi Barisan Guru Bersatu (KoBar-GB) Aceh, Husniati Bantasyam, menyebutkan, krisis siswa itu selain dialami sekolah tempatnya mengajar, yaitu SMPN 12 di Gampong Jawa, nasib yang sama juga dirasakan SMP pinggiran lainnya di Banda Aceh, yaitu SMPN 11 di Lamjabat, SMPN 5 Ulee Lheu dan SMPN 15 Lamjamee. Akibatnya guru sertifikasi di sekolah ini terancam tak bisa lagi mendapat tunjangan tersebut karena jam mengajar tak tercapai, bahkan sekolah pun terancam tutup.

Nah, ini bukan masalah sederhana. Sebab memang tak bisa disederhanakan. Di sini bukan hanya bicara nasib sekolah negeri dan mutu pendidikan. Akan tetapi juga soal nasib guru sertifikasi yang kekurangan jam mengajar.

Jika tak terkait dengan nasib guru sertifikasi, mungkin masalah ini bisa saja disederhanakan dengan melakukan regrouping atau penggabungan beberapa sekolah menjadi satu. Selain menghemat anggaran, juga dapat mengoptimalkan fungsi sekolah.

Dengan kondisi seperti ini, mungkin pilihan penggabungan atau menutup beberapa sekolah memang bukan solusi yang tepat. Tapi, apakah dengan membagi-bagi jatah siswa untuk mencukupi jam mengajar guru sertfikasi akan menjadi solusi yang tepat? Itu juga belum tentu.

Makanya, Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh harus serius mengkaji sistem penerimaan siswa baru dengan tetap mengedepankan peningkatan mutu pendidikan. Yang jelas, solusinya tetap harus berpihak kepada siswa berprestasi, anak masyarakat miskin, nasib guru sertfikasi, serta pendidikan berkualitas. Untuk mengakomodir banyak kepentingan itu memang bukan hal yang gampang bagi Disdik. Namun demikian, persoalan ini harus secepatnya ada solusi.

Kita melihat, persoalannya adalah penumpukan siswa dan guru. Siswa menunmuk di sekolah-sekolah favorit dan guru menumpuk di perkotaan. Dan, sistem penerimaan siswa baru ini bukan satu hal yang tak dapat diubah. Pemerintah daerah bisa menentukan sistem mana yang baik. Di Batam, misalnya, saat ini mereka menggunakan sistem rayon. Calon peserta didik hanya dibenarkan mendaftar sesuai dengan areal tempat tinggalnya. Sistem rayon ini antara lain akan memudahkan orang tua dalam hal antar jemput anak. Kalaupun harus berangkat sendiri, lokasi rumah dengan sekolah tidak memiliki jarak yang terlalu jauh.

Sedangkan untuk sekolah-sekolah khusus, mereka menggunakan mekanisme sendiri dengan persyaratan yang sangat khusus pula. Makanya, kriteria sekolah khusus inilah yang harus diperjelas. Sekolah-sejkolah mana saja yang berkelas khusus. Di luar itu harus menggunakan sistem rayon dengan harapan mungkin sebaran siswanya bisa merata. Tapi juga mungkin ada solusi lain yang baik dan harus ditemukan secepatnya.

—————————————————————

Syedara lon, Program “Cakrawala” Radio Serambi FM bisa Anda dengarkan setiap Hari, Mulai Senin – Jum’at pada pukul 10.00-11.00 Wib.

Program ini mengupas “Salam Serambi” dengan menghadirkan narasumber berkompeten secara langsung ataupun by phone.
dan syedara lon juga bisa berpartisipasi dalam Acara ini di nomor telp (0651)637172 dan 0811689020 / SMS 0819 878 666