Podcast » Cakrawala

Parpol dan Politisi Suka Kejar Target

7 May 2014 - 18:05 WIB

Saifuddin Bantasyam SH MA, pengamat politik dan hukum dari Unsyiah mengatakan, perlu ada penelitian ilmiah atau setidaknya evaluasi diri oleh partai politik (parpol) untuk mengetahui mengapa perolehan kursi Partai Aceh dan Partai Demokrat, misalnya, turun pada Pileg 9 April lalu di Aceh. Sebaliknya, mengapa pula suara Partai NasDem dan Gerindra meningkat.

Ia berpandangan, pengurus-pengurus parpol selayaknya menjadikan hasil pileg awal bagi kesadaran bersama bahwa rakyat memang berdaulat dalam menentukan pilihannya. “Parpol pun harus percaya bahwa publik itu memiliki rasionalitasnya sendiri dan menghukum siapa pun yang mereka mau.”

Menurutnya, bagi elite dan kader partai, upaya membangun imej atau persepsi yang baik di mata publik itu penting. “Dalam pileg kemarin ada 15 parpol, nah imej politik itu terkait dengan bagaimana masing-masing partai memosisikan dirinya di tengah-tengah parpol lain. Apa kesan yang ingin diperoleh dari publik? Dan bagaimana kemudian kesan itu (jika baik) dapat dipertahankan? Saya melihat, aspek building image ini juga kurang mendapat perhatian pengurus parpol,” ujar Saifuddin.

Ya, kita setuju pada pemikiran yang disampaikan dosen Komunikasi Politik di FISIP Unsyiah itu. Tapi, kita juga tidak yakin bahwa parpol-parpol akan peduli pada saran atau ide baik yang disampaikan sang pakar. Sebab, saat ini parpol-parpol bersama politisinya lebih suka berpikir dan bertindak pragmatis.

Artinya, mereka tak peduli pada perkembangan di luar dan di dalam parpolnya, yang penting kejar target. Dengan dasar tekad seperti itu, ada yang memang bisa mencapai target, misalnya meraih kursi di dewan. Tapi, dampak ke depannya sangat buruk. Turunnya, banyak kursi sejumlah parpol antara lain disebabkan oleh faktor dimaksud. Yakni, terkait dengan sepak terjang parpol dan politisinya belakangan ini, terutama lima tahun terakhir.

Seperti diingatkan Saifuddin Bantasyam, bahwa hasil baik atau buruk yang didapatkan oleh parpol pada setiap kali pemilu legislatif merupakan akumulasi dari berbagai faktor. Dalam konteks ini, ia mengaitkan kegagalan atau kesuksesan itu dengan faktor komunikasi politik dan pembangunan imej politik yang dilakukan parpol.

Ada pengamat yang mengatakan, partai politik dan politisi yang ‘haus kekuasaan’ kini gencar mempraktekkan “demokrasi hitam”. Yaitu demokrasi yang “menghalalkan segala cara” dan menafikan azas logika kepatutan, etika hati nurani, dan bahkan merombak pondasi ideologi demi meraih suara mayoritas.

Fenomena umum yang muncul kepermukaan akibat praktek tersebut dalam perpolitikan kita adalah perilaku munafik partai politik dan politisi. Kemunafikan yang dipraktekkan dalam politik demokrasi inilah yang diidentikkan dengan praktek demokrasi hitam.

Kita bersyukur, Partai Aceh selaku partai berkuasa di Aceh, melalui pimpinannya Muzakkir Manaf telah menyatakan ingin berubah. Tentu berubah ke arah yang lebih baik. Demikian pula parpol-parpol dan politisi lain hendaknya mau menjaga perasaan konstituen, tidak arogan, dan yang paling penting akan berusaha bersikap jujur ke depannya.

—————————————————————

Syedara lon, Program “Cakrawala” Radio Serambi FM bisa Anda dengarkan setiap Hari, Mulai Senin – Jum’at pada pukul 10.00-11.00 Wib.

Program ini mengupas “Salam Serambi” dengan menghadirkan narasumber berkompeten secara langsung ataupun by phone.
dan syedara lon juga bisa berpartisipasi dalam Acara ini di nomor telp (0651)637172 dan 0811689020 / SMS 0819 878 666