Podcast » Cakrawala

Main Api, Risikonya Ya Terbakar Tangan

28 May 2014 - 19:14 WIB

Rumah Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Kadisdikpora) Kota Lhokseumawe, Drs Rusli MM di Jalan Listrik, Desa Hagu Teungoh, Kecamatan Banda Sakti dilempari lebih dari satu bom molotov, menjelang subuh, Minggu (25/5). Tak ada korban jiwa dan kerusakan, namun kasus tersebut membuat trauma keluarga korban. Sampai kemarin belum diketahui motif pelemparan api dan minyak yang dapat membakar serta mencelakai banyak orang.

Rusli mengaku tidak tahu apa maksud pelaku melempar rumahnya dengan bom molotov. Selama ini dia merasa tidak ada permasalahan di tempat kerja maupun lingkungan tempat tinggalnya. “Juga tidak pernah ada orang yang mengancam saya,” ungkap Rusli.

Menurut polisi, dari hasil olah TKP, telah diamankan dua botol air mineral di teras rumah yakni satu botol berisi bensin dan gula, kondisinya belum meledak. Satu botol lagi berisi bensin dan kain warna merah, putih, dan hitam dalam kondisi utuh.

Dalam banyak kasus “penyerangan” ke rumah pejabat atau orang terkenal, ada dua motivasinya, pertama terkait proyek, kedua terkait jabatan. Kedua-duanya jelas berhubungan dengan materi. Satu lagi, tapi ini jarang terjadi, terkait hubungan sosial kemasyarakatan si empunya rumah dengan masyarakat desanya.

Entah mana yang benar, hanya Tuhan dan si pelaku yang tahu. Justru itulah, apapun motivasinya, kita ingin mengatakan bahwa pelemparan bom molotov itu tujuan utamanya adalah membakar sasaran secara cepat. Namun, harus diingat bahwa jika api itu marak, maka yang akan menjadi sasaran amukan su jago merah bukan hanya objek yang dituju, tapi bangunan lain di sekitarnya juga bisa menjadi korban. Oleh karenanya, dengan alasan apapun kita sejak dulu sudah diingatkan jangan main api. Sebab, jika sudah membesar maka sulit mengendalikannya. Apalagi, armada pemadam kebakaran kita umumnya tidak cukup siap bekerja cepat memadamkan api.

Lalu, jika serangan ke rumah pejabat itu terkait proyek, maka itu menjadi tugas polisi untuk mengusutnya hingga tuntas. Sebab, jika kasus-kasus seperti ini tidak terungkap, maka akan banyak pejabat yang kemungkinan besar akan menerima serangan seperti itu. Lebih menyedihkan lagi adalah istri anak-anak, serta seisi rumah si pejabat bukan cuma menjadi calon korban, tapi mereka secara psikologis memang sudah terteror. Sebaliknya, jika polisi tidak dapat mengungkap kasus ini, maka akan banyak pula orang-orang lain berani melakukan serangan semacam itu ke rumah siapapun.

Kita memaklumi, untuk mengungkap kasus ini polisi akan mengalami kesulitan jika si korban tidak kooperatif. Pengalaman sebelumnya, terhadap kasus-kasus seperti ini, si pejabat tidak mau terbuka. Mareka lebih memilih menyelesaikan masalah tidak melalui jalur hukum. Akibatnya, publik menduga-duga sendiri motif serangan itu.

Ketidakterbukaan korban kepada polisi, secara psikologis juga sangat merugikan masyarakat. Kasus-kasus yang sesungguhnya cuma terkait proyek antara si pejabat dengan calon rekanan, bisa dikaitkan dengan instabilitas keamanan. Jika sudah demikian, maka masyarakat akan hidup tercekam dalam suasana yang sesungguhnya sangat kondusif.

Yang jelas, persaingan dalam memperoleh proyek tidak boleh menjelma menjadi monster yang kemudian menimbulkan ketakutan masyarakat. Semoga polisi dapat membereskan masalah ini.

—————————————————————————

Syedara lon, Program “Cakrawala” Radio Serambi FM bisa Anda dengarkan setiap Hari, Mulai Senin – Jum’at pada pukul 10.00-11.00 Wib.

Program ini mengupas “Salam Serambi” dengan menghadirkan narasumber berkompeten secara langsung ataupun by phone.
dan syedara lon juga bisa berpartisipasi dalam Acara ini di nomor telp (0651)637172 dan 0811689020 / SMS 0819 878 666