Podcast » Cakrawala

Ada yang Lalai di RSUD Simeulue

13 May 2014 - 20:59 WIB

Perubahan berbagai sistem penyediaan fasilitas kesehatan terhadap masyarakat yang diciptakan pemerintah daerah maupun pusat, ternyata tidak membuat pelayanan kepada orang sakit menjadi lebih baik. Bahkan, dengan sistem penanggungan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan yang di dalamnya termasuk Jaminan Kesehatan Aceh (JKA), membuat para pihak terkait sering saling melempar tanggung jawab.

Kasus paling konyol menimpa masyarakat yang membutuhkan layanan kesehatan pada Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Simeulue di Sinabang. Namun, sebagaimana disiarkan harian ini kemarin, RSUD Simeulue mengalami krisis obat dan oksigen sehingga pihak rumah sakit tak bisa melayani pasien secara baik. Dua pasiennya meninggal antara lain disebut-sebut karena ketiadaan oksigen.

Menyusul kondisi yang “serba krisis” itu, 13 dokter di RSUD dimaksud melancarkan aksi mogok kerja. Mereka menempelkan pengumuman tidak bisa melayani pasien karena tidak ada obat-obatan, oksigen, dan sarana serta prasarana lainnya. Aksi mogok dilancarkan dokter pada 9 Mei 2014.

Yang menyedihkan, sebelum meninggal, keluarga seorang pasien sempat berusaha sendiri mengumpulkan oksigen dari bengkel ke bengkel, termasuk dari puskesmas pembantu. “Saat itu memang nggak ada oksigen. Kalau pun ada, setelah kami cari sendiri dari bengkel ke bengkel.”

Entah siapa yang salah dalam peristiwa konyol yang dirasakan keluarga pasien berakibat fatal ini. Yang jelas, Wakil Bupati Simeulue, Hasrul Edyar memperlihatkan sikap geramnya dalam pertemuan dengan manajemen RSUD Simeulue. “Kalau ada kesulitan di rumah sakit segera komunikasikan dengan pemerintah daerah. Manajamen RSUD Simeulue ini berada di bawah Pemkab Simeulue, maka segera laporkan jika ada masalah.”

Di antara kendala dalam pengadaan logistik untuk RSUD Simeulue, menurut pengelolanya adalah faktor transportasi. Alasan pihak manajemen RSUD itu pasti membuat kita tambah kecewa. Sudah tahu transportasi ke pulau itu sering terganggu oleh persoalan teknis dan dan alam, harusnya, pihak menejemen rumah sakit punya langkah antisipatif.

Obat bisa dibawa dengan pesawat, sedangkan oksigen bisa diangkut dengan boat-boat nelayan jika memang kapal feri naik dok dalam waktu lama. Yang jelas, jika pihak manajemen rumah sakit bekerja serius dan sungguh-sungguh, pasti kasus konyol itu tak akan terjadi.

Pengalaman yang terjadi di RSUD Simeulue hendaknya menjadi pengalaman bagi para pengelola rumah sakit lainnya di Aceh. Pihak-pihak yang bertanggung jawab untuk tersedianya obat-obatan, oksigen, dan lainnya bagi rumah sakit dan puskesmas hendaknya jangan sampai lalai.

Sudahlah, insentif untuk dokter dan paramedis sering terlambat cair, tapi stok obat dan oksigen untuk pasien jangan sampai habis. Ini bukan hanya menyangkut citra pelayanan pemerintah kepada masyarakat, tapi ini soal nyawa. Makanya, untuk pasokan obat-obatan ke rumah-rumah sakit jangan terlalu panjang birokrasinya. Sebab, panjang birokrasi bukan cuma memperlambat proses, tapi membuat orang malas berurusan. Nah?!

————————————————————–

Syedara lon, Program “Cakrawala” Radio Serambi FM bisa Anda dengarkan setiap Hari, Mulai Senin – Jum’at pada pukul 10.00-11.00 Wib.

Program ini mengupas “Salam Serambi” dengan menghadirkan narasumber berkompeten secara langsung ataupun by phone.
dan syedara lon juga bisa berpartisipasi dalam Acara ini di nomor telp (0651)637172 dan 0811689020 / SMS 0819 878 666