Podcast » Talkshow

LIBAS (Lepas Inspirasi Bisnis Ala Suparno) ‘Smart Card’

21 April 2014 - 21:10 WIB

ADALAH produsen dan distributor mesin penjual di Italia diyakini merupakan inisiator perdana yang mengenalkan transaksi keuangan pra bayar di dunia. Produk itu diciptakan atas eksperimen pada tahun 1975 dengan format ide berupa pembuatan kartu panggil. Eksperimen itu dilakukan untuk memudahkan pembayaran telepon dari koin medali menjadi kartu panggil pra bayar.

Sekitar tahun 1976, eksperimen sistem ‘payphones’ pra bayar dipasarkan. Satu tahun kemudian, popularitas kartu pra bayar melonjak dan terus berkembang di Eropa. Lalu pada tahun 1982 hingga 1984, kartu pra bayar yang menggunakan ‘chip’ berbasis ‘smart card’ terus mengalami perkembangan dan penciptaannya kian mempermudah transaksi produk dan jasa lintas negara.

Selama beberapa dekade, sistem tersebut umumnya digunakan di sektor penyediaan jasa telekomunikasi dan teknologi. Dunia Telecom Group, Siemens dan General Electric merupakan tiga perusahaan yang bergerak di bidang pengembangan teknologi, infrastruktur, dan keuangan yang ikut mengembangkan ‘smart card’ sejak 1987 silam. Di Indonesia, para penyedia jasa telekomunikasi juga sudah memudahkan transaksi para konsumen dengan penerapan kartu pra bayar. Telkomsel, Indosat dan berbagai ‘provider’ lainnya gencar mempromosikan sistem pulsa pra bayar untuk memudahkan konsumen.

Di lain hal, layanan penggunaan sistem pembayaran di muka pada dasarnya dapat diberlakukan di semua produk dan jasa. Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat juga sudah mendapatkan akses ‘smart card’ berbasis pra bayar yang disediakan pihak perbankan, BUMN, dan kalangan swasta lainnya.

Bank Mandiri misalnya memiliki tiga jenis layanan Kartu Mandiri Pra Bayar. Diantaranya yakni GazCard, Indomaret Card, dan e-Toll Card. Ketiganya diluncurkan untuk mengganti uang tunai menjadi elektronik sehingga memudahkan masyarakat dalam bertransaksi.

BUMN sekelas PT PLN (persero) juga sudah menerapkan pembayaran listrik metoda pra bayar. Metoda itu mencatatkan rekor yang cukup bagus karena penggunaan listrik pra bayar di Indonesia sudah mencapai angka 13,1 juta pelanggan hingga 2014 ini. Sistem tersebut sudah menyederhanakan transaksi keuangan masyarakat atas produk energi listrik yang disediakan oleh negara.

Beranjak dari hal tersebut, saya merasa aplikasi ‘smart card’ berbasis pra bayar juga bisa diterapkan dalam unit-unit usaha tertentu di Aceh. Berdasarkan observasi saya, jumlah gerai makanan yang ada di Aceh terus bertambah baik berupa ‘brand’ lokal, nasional, hingga internasional. Di sektor pariwisata, jumlah penginapan yang ada di kota-kota besar di Aceh baik berupa wiswa hingga hotel berbintang juga masih menjamur. Selain itu, jumlah pusat-pusat perbelanjaan juga semakin meningkat.

Sayangnya, penerapan ‘smart card’ berbasis pra bayar belum mendapatkan respons positif dari pelaku usaha di Aceh. Pada umumnya, transaksi keuangan secara tunai masih menjadi pilihan pengusaha. Padahal penerapan ‘smart card’ berbasis pra bayar dapat memudahkan transaksi keuangan masyarakat. Mereka tak harus membawa uang jutaan rupiah untuk mendapatkan produk dan layanan jasa tertentu.

Bagi pelaku usaha sendiri, penerapan transaksi pra bayar jelas lebih menguntungkan dibanding transaksi pasca bayar. Transaksi pra bayar dapat meningkatkan daya saing produk dan jasa yang ditawarkan lantaran meningkatnya loyalitas konsumen.

Nah, ngalor-ngidul soal ‘smart card’ berbasis pra bayar, tunggu peluncuran ‘Ayam Lepaas Card’ ya!

————————————————————–

Syedara lon, program “LIBAS” Radio SerambiFM, bisa Anda dengarkan setiap Hari Senin pada pukul 11.00 Wib.

Program ini mengupas bagaimana Metode Bisnis dan juga mengemas suatu Hal agar menjadi pebisnis sukses dengan berbagai motivasi terbaik dari “LIBAS” Bersama Bapak Suparno. Anda juga kami undang berpartisipasi di line telpon :0651-637172 dan 0811689020