Podcast » Talkshow

LIBAS (Lepas Inspirasi Bisnis Ala Suparno) “Kota Jantho”

4 March 2014 - 19:27 WIB

JANTHO, ibarat buah simalakama. Memindahkan pusat pemerintahan atau meneruskan Kota Jantho sebagai pusat layanan publik Aceh Besar menjadi diskusi panjang yang belum usai. Pindah pusat pemerintahan, berarti meninggalkan persoalan puluhan ribu warga Jantho yang sudah menetap dan berniaga di kawasan itu. Sementara, belum ada inisiatif brilian menjadikan Jantho tetap eksis bergeliat meski nanti jadi ditinggalkan penguasanya.

Kota Janto dirintis melalui sebuah penilaian panjang yang melibatkan Departemen Dalam Negeri dan Provinsi DI Aceh. Memakai konsultan PT Markam Jaya, kontraktor terkenal pada tahun 1970 an, dipilihlah salah satu kemukiman di lembah Seulawah, yakni Kemukiman Jantho. Kota ini resmi menjadi Ibu Kota Aceh Besar melalui Peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 1976 tentang pemindahan Ibu kota Kabupaten Daerah Tingkat II Aceh Besar dari wilayah Kotamadya Banda Aceh.

Geliat membangun Kota yang baru adalah semangat baru bagi penduduk Aceh Besar ketika itu, beramai-ramai warga mulai beraktivitas di sekitar pusat ibu kota. Geliat itu mencapai puncaknya ketika seluruh aktifvtas perkantoran Aceh Besar resmi dipindahkan dari Banda Aceh ke Ibukota Jantho pada tanggal 29 Agustus 1983 di mana peresmiannya dilakukan oleh Bapak Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia pada masa itu, yaitu Bapak Soepardjo Rustam pada tanggal 3 Mei 1984.

Kini, 38 tahun sudah usia Kota Jantho sebagai jantungnya Kabupaten Aceh Besar. Masih banyak harapan yang belum terwujud sempurna di Kota itu. Meski secara fisik sudah banyak pembangunan yang dilakukan, tetapi Jantho masih menyimpan persoalan di sana-sini. Efisiensi kinerja para aparatur negara yang mengabdi di kabupaten itu, masih menyimpan persoalan teknis yang belum juga terpecahkan selama ini. Sebagian pegawai tidak menetap di Kota Jantho, mereka pulang pergi dari Banda Aceh.

Inilah yang kemudian memengaruhi layanan pada sektor publik yang langsung bersentuhan dengan masyarakat. Rentang kendali yang terlalu jauh dari pusat ibu kota, acap kali dikeluhkan warga Aceh Besar yang menetap di batas Kota Banda Aceh. Investasi bagi pembangunan fisik Kota ini sudah cukup banyak, setiap tahun dana digelontorkan untuk membangun Kota ini.

Kota Jantho sebenarnya punya banyak potensi, berada di kawasan hutan Kota ini bisa menjadi kawasan wisata alternatif yang dapat segera dikembangkan. Jika saatnya, pusat pemerintahan Aceh Besar benar-benar terwujud di kawasan lain di luar Kota Jantho, maka sebagian warga Jantho dan warga yang menetap di beberapa kecamatan sekitarnya dapat memikirkan suatu jalan keluar yang baru dengan menjadikan Kota Jantho, sebagai Pemerintahan Kota yang sebenarnya. Tidak mustahil, saat Jantho ditinggalkan justru Jantho benar-benar dapat digagas menjadi satu Pemerintahan sendiri yang bernama Pemerintah Kota Janto

Tentu, ini bukan persoalan yang mustahil jika kita juga berkaca kepada Kota Subulussalam yang terus membangun setelah mekar dari Aceh Singkil sebagai pusat ibu kota. Subulussalam saja bisa, kenapa Jantho tidak?

—————————————————————–

Syedara lon, program “LIBAS” Radio SerambiFM, bisa Anda dengarkan setiap Hari Senin pada pukul 11.00 Wib.

Program ini mengupas bagaimana Metode Bisnis dan juga mengemas suatu Hal agar menjadi pebisnis sukses dengan berbagai motivasi terbaik dari “LIBAS” Bersama Bapak Suparno. Anda juga kami undang berpartisipasi di line telpon :0651-637172 dan 0811689020