Podcast » Cakrawala

Persaingan Bisnis Plus Teror Politik

25 February 2014 - 21:40 WIB

Letusan senjata kembali “akrab” dengan telingan masyarakat Aceh. Artinya, orang-orang bersenjata api –entah legal atau tidak– semakin gampang meletuskan bedilnya. Pertanyaan, “Kejahatan murni atau sekadar menebar teror menjelng pemilu?”

Pada Sabtu (22/2) malam saja, wartawan melaporkan ada dua kasus penembakan dengan target berbeda terjadi di Aceh Timur. Penembakan pertama tertuju kepada alat berat (excavator) milik satu perusahaan jasa konstruksi di Desa Kliet, Kecamatan Ranto Peureulak. Sedangkan yang kedua mengarah ke mes pekerja perusahaan lainnya di Desa Seneubok Benteng, Kecamatan Banda Alam, juga di Kabupaten Aceh Timur. Tak ada korban jiwa dalam dua peristiwa tersebut, tapi para pekerja sangat ketakutan.

Polisi mengindentifikasi adanya 10 kali tembakan dilepaskan pelaku ke arah alat berat tersebut. Kaca depan dan kaca samping excavator pecah dan polisi menemukan dua selongsong peluru jenis AK 47, 1 peluru aktif, dan 1 selongsong tidak aktif di lokasi.

Pelakunya disebut-sebut mengendarai sepeda motor warna hitam memakai helm warna hitam, jaket hitam, dan celana hitam.

Setengah jam kemudian, mes pekerja satu perusahaan lainnya juga jadi sasaran penembakan. Saat itu para pekerja sedang santap malam. Tiba-tiba datang dua orang tak dikenal menggunakan sepeda motor putih. Seorang pelaku kemudian berjalan kaki dari arah timur ke mes sambil menenteng senjata api diduga jenis AK-47. Sedangkan temannya standby di atas sepeda motor. Dari jarak sekitar 40 meter, pelaku melepaskan dua kali tembakan ke arah samping mes.

Hampir bersamaan dengan tembakan, pelaku juga sempat mengeluarkan kata-kata “pulang kalian”. Tak lama kemudian kedua pelaku menghilang.

Dalam waktu yang tak jauh berbeda, posko pemenangan seorang caleg di Aceh Jaya, dibakar seseorang. Dekat dari lokasi ditemukan botol berisi minyak. “Kebakaran memang tidak terlalu parah tetapi telah menciptakan ketidaknyamanan menjelang pemilu,” kata si pemilik Posko.

Dua hari sebelumnya, LSM Aceh Network for Election and Democracy (ANFED) meminta Pemerintah Aceh menetralisir berbagai kekerasan yang meningkat menjelang pemilu. “Kami menyatakan Pemerintah Aceh, terutama gubernur dan wakil gubernur memiliki tanggungjawab utama menetralisir keadaan kekerasan menjelang Pemilu yang semakin meningkat.”

LSM ini juga mengingatkan bahwa Polda Aceh seharusnya bekerja sesuai kewenangannya dalam menyelesaikan kasus-kasus kekerasan tanpa terbawa arus atau terpengaruhi kepentingan politik. Karenanya, polisi diminta diminta mengungkap secara gamblang kasus-kasus tersebut.

Dari profil kasus yang terjadi belakangan ini, sebetulnya tidak semua terkait dengan pemilu. Sebagian malah terkait dendam pribadi atau rebutan proyek, alias bisnis. Bisa jadi, orang-orang bersenjata api ini adalah orang-orang bayaran untuk menebar teror demi kepentingan-kepentingan tertentu.

Dan, dengan pengalaman menangani kasus serupa di Aceh selama bertahun-tahun, seharusnya polisi memang bisa lebih cepat mengungkapnya. Apalagi kasus-kasus yang mengarah ke persaingan bisnis atau lapak usaha. Nah?!

—————————————————————

Syedara lon, Program “Cakrawala” Radio Serambi FM bisa Anda dengarkan setiap Hari, Mulai Senin – Jum’at pada pukul 10.00-11.00 Wib.

Program ini mengupas “Salam Serambi” dengan menghadirkan narasumber berkompeten secara langsung ataupun by phone.
dan syedara lon juga bisa berpartisipasi dalam Acara ini di nomor telp (0651)637172 dan 0811689020 / SMS 0819 878 666

Untuk Selengkapnya, silahkan dengarkan podcast di bawah :