Podcast » Talkshow

LIBAS (Lepas Inspirasi Bisnis Ala Suparno) “Maulid”

3 February 2014 - 21:20 WIB

KENDURI Maulid Nabi Muhammad Saw mulai marak digelar di beberapa kampung di Aceh. Pelaksanaanya pun seperti telah terjadwal, selesai diadakan di satu kampung, maulid bergeser ke kampung lain dan dari rumah ke rumah.

Peringatan Maulid Nabi di Aceh, memang berbeda di tempat lain. Di Aceh peringatan dan kenduri itu akan berlangsung selama tiga bulan ke depan, tergantung kapan seseorang memiliki rezeki untuk melaksanakan tradisi turun-temurun ini.

Pada tradisi ini, banyak uang yang harus dihabiskan untuk menggelar satu acara khanduri. Satu gampong dapat menghabiskan puluhan juta rupiah untuk pembiayaan khanduri maulid, di mana model pengumpulan uangnya dibagi rata per kepala keluarga sesuai dengan keputusan rapat bersama menjelang maulid.

Selama tiga bulan tersebut, pasar-pasar tradisional di Aceh ramai dikunjungi pembeli. Bumbu dan aneka macam sajian pelengkap khanduri maulid menjadi barang yang paling laris dicari di pasar-pasar setiap harinya.

Semua sektor bergerak, pedagang ayam potong kecipratan rezeki, pedagang bumbu demikian, harga telur ayam pun melambung naik. Para penggembala sapi dan pemilik kambing dapat memainkan harga yang pas, di mana ternak mereka akan dibeli untuk keperluan kenduri maulid.

Maulid telah menghidupkan sektor bisnis di Aceh, tradisi ini sama seperti tradisi meugang yang mempengaruhi harga kebutuhan pokok penunjang yang dijual di pasar-pasar tradisional di Aceh. Namun, dalam meriahnya kenduri maulid yang rutin setiap tahunnya, pergerakan uang justru tidak seratus persen berputar di pasar-pasar di Aceh dan tidak dinikmati para pedagang.

Pergerakan uang lebih banyak lari ke luar Aceh. Lihat saja dan rincikan, hampir semua kebutuhan bagi terselenggaranya khanduri ini tergantung dari pasokan bahan pokok yang didatangkan dari luar Aceh. Untuk kebutuhan telur ayam dan minyak goreng saja, saat ini Aceh masih harus mendatangkan dari luar. Hanya beberapa jenis bahan bumbu saja yang memang ada dan tersedia di Aceh, misalnya daun temurui yang memang tersedia dan nilai ekonomisnya tidak seberapa karena daun ini mudah didapat di mana saja.

Uang puluhan juta yang terkumpul dari kenduri maulid ke maulid setiap tahunnya itu, sejatinya menjadi agenda tahunan yang dapat dikemas dan menghidupkan pasar-pasar lokal di Aceh. Tradisi ini, jika dikemas dan dipikirkan bersama, selain bernilai budaya yang tinggi dan dapat menjadi daya tarik para pelancong, akan mampu menghidupkan pasar-pasar tradisional di Aceh yang menyediakan kebutuhan penunjang kenduri maulid.

Masih punya waktu, dan tradisi ini akan terus ada setiap tahunnya. Tepat kiranya jika kita memetakan kembali pasar yang dapat memberi konstribusi bagi tumbuhnya perekonomian masyarakat.

Ke depan, para pemegang kebijakan di Aceh dapat memberikan jalan agar setiap tradisi berkaitan dengan kehidupan masyarakat Aceh, dapat difasilitasi dengan ketersediaan sumber-sumber lokal yang dibutuhkan pada setiap khanduri, apa pun itu jenisnya. Sebab, perputaran uang dalam tradisi kenduri di Aceh cukup besar dan kita akan tercengang jika menghitungnya dengan cermat. Jika setiap kenduri maulid menghabiskan puluhan juta rupiah di setiap gampong, maka angka itu akan semakin pantastis jika kita kalikan lagi dengan lebih kurang 5.827 gampong yang ada di Aceh saat ini. Wow!!

————————————————————-

Syedara lon, program “LIBAS” Radio Serambi FM bisa Anda dengarkan setiap Hari Senin pada pukul 11.00 Wib.

Program ini mengupas bagimana Metode Bisnis dan juga mengemas suatu Hal agar menjadi bisnis succses dengan berbagai motivasi terbaik dari “LIBAS” Bersama Bapak Suparno. anda juga kami undang berpartisipasi di line telpon :0651-637172 dan 0811689020