Podcast » Cakrawala

Siapa Sanggup Kendalikan Pasar?

7 January 2014 - 19:05 WIB

Penaikan harga elpiji 12 kg yang sempat mencapai Rp 160.000 pertabung di Aceh pada pekan lalu, ternyata telah mendorong naiknya harga beberapa mata dagangan kebutuhan masyarakat, termasuk makanan. Dan, meski kemudian atas tekanan berbagai pihak, Pertamina menurunkan kembali harga jual elpiji 12 Kg dengan hanya menaikkan Rp 1.000/kg, tapi ternyata harga-harga barang yang sudah telanjur naik tidak ikut turun.

Sebagaimana dilaporkan wartawan harian dari beberapa pusat pasar Blangpidie Kebupaten Abdya, Meulaboh Kabupaten Aceh Barat, dan di Tapaktuan Kabupaten Aceh Selatan, harga-harga barang kebutuhan pokok masyarakat naik tajam. Beras lokal dari Rp 115.000/sak isi 15 kg naik menjadi Rp 130.000/sak. Beras Tangse dari Rp 140.000/sak isi 15 kg menjadi Rp 150.000/sak. Telur ayam dari Rp 28.000 meningkat menjadi Rp 33.000/papan, minyak goreng Malinda dari Rp 17.000 menjadi Rp 22.000/bambu, tepung terigu dari Rp 8.000 menjadi Rp 10.000/kg.

Bahan sayur-sayuran juga meningkat tajam, seperti cabe merah mencapai Rp 40.000/kg, tomat dari Rp 7.000 melambung Rp 15.000/kg, cabe kering dari Rp 30.000 menjadi Rp 32.000/kg, bawang bombai meningkat dari Rp 18.000 menjadi Rp 22.000/kg, dan wortel dari Rp 7.000 naik Rp 10.000/kg.

Dari jenis mata dagangan yang mendadak naik harga itu, menjadi sangat pantas jika masyarakat mengeluh. Sebab, barang-barang yang naik harga secara tajam itu merupakan kebutuhan sehari-hari yang tak bisa dihindari para ibu rumah tangga.

Bukan sekadar sulit mengatur keuangan rumah tangga, tapi kenaikan harga elpiji yang begitu “luar biasa” itu telah memukul sejumlah usaha kecil. Para penjual nasi, mie, lontong, dan lain-lain.

Presiden SBY marah atas penaikan harga elpiji 12 kg yang begitu melambung. Ia memanggil sejumlah menteri dan bos PT Pertamina untuk menurunkan kembali harga jual elpiji 12 kg kebutuhan masyarakat itu.

Sejak kemarin Pertamina memang telah menurunkan kembali harga jual elpiji 12 kg. Dengan segala pertimbangannya, Pertamina hanya menaikkan Rp 12.000/tabung 12 kg. Yang menjadi pertanyaan kita adalah kekuatan apa yang bisa memaksa pedagang atau agen untuk menurunkan kembali harga-harga kebutuhan pokok masyarakat yang sudah telanjur naik seperti yang terinci tadi.

Kita menyampaikan pertanyaan itu mengingat pengalaman selama ini, setiap kali harga sudah telanjur naik, maka akan sulit turun, meskipun pemerintah mengintervensi pasar. Ketika pertengahan 2012 lalu pemerintah membatalkan penaikan harga BBM, tapi harga-harga barang sudah naik tidak ikut turun.

Lebih parah lagi, di tengah ketidakmenentuan harga, biasanya stok mata dagangan tertentu juga sering “menghilang” di pasaran. Entah siapa yang suka mempermainkan persediaan barang dalam suasana pasar yang sedang sentimen.

Oleh sebab itu, kita ingin mengatakan kepada pemerintah supaya lebih bersikap hati-hati dan memikirkan dampak buruk dari segala aspek setiap kali ada rencana penaikan harga seperti gas, listrik, dan BBM. Saat ini, hal yang paling penting diperhatikan pemerintah adalah upaya mengendalikan harga beberapa komoditas pangan pokok yang telanjur naik sebagai imbas dari naiknya elpiji 12 kg. Selain itu, Pertamina harus mencukupi pasokan elpiji bersubsidi 3 kg yang pekan lalu menjadi pilihan alternatif konsumen saat elpiji 12 kg sedang melambung harga.

————————————————————

Syedara lon, Program “Cakrawala” Radio Serambi FM bisa Anda dengarkan setiap Hari, Mulai Senin – Jum’at pada pukul 10.00-11.00 Wib.

Program ini mengupas “Salam Serambi” dengan menghadirkan narasumber berkompeten secara langsung ataupun by phone.
dan syedara lon juga bisa berpartisipasi dalam Acara ini di nomor telp (0651)637172 dan 0811689020 / SMS 0819 878 666

Untuk Selengkapnya, silahkan dengarkan podcast di bawah :