Podcast » Cakrawala

Jangan Biarkan Warga “Main Api”

10 December 2013 - 19:30 WIB

Sejumlah warga di Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur, dilaporkan masih nekat menggali sumur-sumur untuk mendapatkan minyak mentah. Aktivitas yang sangat berbahaya ini sebetulnya sudah dilarang Muspika setempat dan Pertamina menyusul terbakarnya belasan warga yang sedang mengambil minyak mentah dari sumur-sumur minyak peninggalan Pertamina.

Muspika bukan hanya melarang pengambilan minyak secara serampangan di sumur-sumur peninggaln Pertamina, tapi juga melarang warga membuka sumur baru untuk mengambil minyak secara liar di kecamatan tersebut. Ternyata, wartawan harian ini mendapat laporan bahwa larang Muspika tidak digubris.

Para pendatang dari berbagai daerah mulai membuka kembali sumur baru di sejumlah desa yang memiliki cadangan minyak seperti Desa Pertamina, Mata Ie, dan Buket Pala. “Kita tidak bisa berbuat banyak, masih menunggu arahan dari pimpinan daerah,” kata pejabat kecamatan itu.

Polisi sebelumnya manyatakan mengambil tindakan tegas, mengamankan serta menangkap orang-orang yang menggali sumur minyak yang baru di kawasan tersebut. Namun, di lapangan penggalian sumur-sumur baru oleh para pemburu minyak mentah terus berlanjut. Kenapa polisi belum bertindak tegas?

Kita tidak tahu siapa yang bertanggung jawab terhadap pengamanan sumur-sumur minyak peninggalan Pertamina serta aktivitas penggalian sumur-sumur baru oleh para pencari minyak mentah.

Muspika menyatakan sudah menyurati bupati untuk tindakan penertiban aktivitas para pemburu minyak mentah secara liar. Pihak PT Pertamina meminta polisi mengamankan lokasi sumur minyak tersebut. Yang jelas hingga dua hari lalu, polisi belum terlihat bertindak mencegah aktivitas “main api” oleh warga. Demikian juga, pemerintah Kabupaten Aceh Timur belum mengeluarkan sikap yang tegas terhadap masalah itu.

Fenomena perburuan minyak mentah di Ranto Peureulak itu tidak beda dengan aktivitas penambangan emas secara liar yang kini sedang hebat-hebatnya berlangsung di Aceh Jaya, Geumpang (Pidie), dan daerah-daerah lainnya. Kita mengatakan tidak beda adalah karena ada persamaannya. Yakni, dalam penanganan masalah ini, pemerintah sama-sama tidak cepat bersikap tegas atau memang tidak berani tegas. Artinya seperti ada proses pembiaran masyarakat “bertarung dengan maut”. Padahal, dalam aktivitas itu sudah berkali-kali terenggut nyawa.

Kedua, aktivitas perburuan emas dan minyak itu juga mengindikasikan betapa masyarakat kita sekarang sudah sangat susah mencari nafkah. Apapun peluang yang dapat secara cepat mendatangkan uang –apalagi dalam jumlah banyak– maka itu akan menjadi plihan. Celakanya, mereka tak peduli dengan risiko yang harus dihadapi.

Oleh sebab itu, paling tidak ada dua hal yang ingin kita sampaikan kepada pemerintah di daerah ini. Pertama jangan terbiasa bersikap ragu-ragu serta berlama-lama dalam menyelesaikan persoalan di tengah masyarakat, terutama yang berisiko tinggi. Kedua, soal lapangan kerja bagi masyarakat bawah harus dipikirkan secara serius.

Sebab, dengan membiarkan masyarakat “main api” di Ranto Peureulak atau warga yang bertarung dengan maut dalam lubang-lubang pencarian batu emas di Aceh Jaya dan Geumpang, sungguh akan menggambarkan pemerintah yang kurang mengayomi rakyatnya!

————————————————————

Syedara lon, Program “Cakrawala” Radio Serambi FM bisa Anda dengarkan setiap Hari, Mulai Senin – Jum’at pada pukul 10.00-11.00 Wib.

Program ini mengupas “Salam Serambi” dengan menghadirkan narasumber berkompeten secara langsung ataupun by phone.
dan syedara lon juga bisa berpartisipasi dalam Acara ini di nomor telp (0651)637172 dan 0811689020 / SMS 0819 878 666

Untuk Selengkapnya, silahkan dengarkan podcast di bawah :