Podcast » Cakrawala

Itu KA atau Odong-odong?

3 December 2013 - 18:20 WIB

Proyek Kereta Api (KA) Aceh yang dimulai sejak belasan tahun lalu dan telah menelan dana ratusan miliar rupiah, pada 1 Desember 2013 mulai dicoba jalankan untuk menstabilkan gerbong dan rel kereta api sepanjang 11 kilometer (Krueng Geukueh-Krueng Mane). Proses ujicoba ini menggunakan kereta api jenis commuter dengan dua gerbong berkapasitas 440 penumpang.

Untuk masa ujicoba selama sebulan yang berlangsung dua trip sehari ini, masyarakat yang berminat diberi tiket secara gratis. “Soal kapan mulai dikenakan biaya kepada penumpang dan berapa harga tiket, itu tergantung dalam kontrak selanjutnya. Sampai sekarang kontraknya belum diteken,” ujar Humas PT KA, Zakaria.

Untuk tahap awal, pembangunan rel KA ini diprogramkan dari Lhokseumawe-Bireuen yang pembangunan relnya dilanjutkan tahun depan. “Demi kelancaran pembangunan proyek tersebut, kita harapkan dukungan dari seluruh lapisan masyarakat,” harap Zakaria.

Entah berbasa-basi atau serius, yang jelas Wakil Bupati Aceh Utara, M Jamil mengatakan, diujicobanya kereta api Aceh adalah kabar gembira bagi warga Aceh Utara. “Pemkab Aceh Utara siap mendukung percepatan pembangunan rel kereta api di wilayah kami. Karena, bagaimana pun kehadiran kembali kereta api di Aceh akan mengulang sejarah bahwa Aceh pernah memiliki kereta api. Selain itu, juga akan memberi kemudahan bidang transportasi bagi masyarakat nantinya.”

Sedangkan Ketua Komisi C DPRK Aceh Utara, Azhari Cage beberapa waktu lalu kepada pers secara tegas berkata, “Proyek kereta api Aceh yang dibiayai Pusat itu merupakan proyek mubazir yang menghambur-hamburkan uang rakyat. “Masyarakat yang bertempat tinggal di kawasan rel sudah membongkar paksa beberapa bantalan rel kereta api yang dinilai tidak bermanfaat bagi masyarakat.”

Azhari menganjurkan pembangunan rel kereta api Aceh itu tidak perlu dilanjutkan. Pemerintah pun harus memindahkan atau membongkar seluruh bantalan rel kereta api yang sudah terpasang, sebab sangat mengganggu aktifitas masyarakat.

Bukan cuma mubazir, Azhari malah seperti mencium adanya aroma korupsi di balik pembangunan rel kereta api Aceh itu. “Kami berharap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) atau BPKP untuk segera mengecek dan mengungkap pelaksanaan dan pembiayaan proyek kereta api tersebut,” kata Azhari.

Sejak dimulainya propyek itu memang sudah terjadi penolakan oleh sebagian warga. Proyek itu sendiri seperti program politis yang “dikirim” Pusat sejak awal tahun 2000-an. Masyarakat di Aceh Utara dan Bireuen seperti merasa tak pernah meminta kehadiran kembali kereta api. Indikasi ini terlihat dari sikap masyarakat yang kurang “berterima” proyek itu. Buktinya, banyak bantalan dan rel yang sudah dipasang lalu dibongkar dan hilang.

Yang juga memprihatinkan, Pusat pun kelihatan tidak siap meluncurkan proyek itu ke Aceh. Buktinya, proyek yang nantinya akan menghabiskan dana triliunan rupiah itu diluncurkan tanpa perencanaan yang matang. Sepanjang pelaksanaannya, proyek ini telah beberapa kali terjadi perubahan desain. Untuk mengubah desain itu Pusat mengeluarkan dana berpuluh-puluh miliar rupiah.

Dan, dengan biaya yang telah dikeluarkan ratusan miliar, saat ini kereta api hanya bisa bergerak 11 kilometer. Pertanyaan kita, ini kereta api atau odong-odong mainan anak-anak? Lalu, kalaupun –entah kapan– bisa sampai ke Bireuen, keuntungan secara ekonomisnya apa? Labi-labi aja yang bisa berhenti di mana suka, saat ini hampir tak laku lagi. Apalagi kereta api yang mengandalkan pemasukan dari tiket penumpang?

———————————————————-

Syedara lon, Program “Cakrawala” Radio Serambi FM bisa Anda dengarkan setiap Hari, Mulai Senin – Jum’at pada pukul 10.00-11.00 Wib.

Program ini mengupas “Salam Serambi” dengan menghadirkan narasumber berkompeten secara langsung ataupun by phone.
dan syedara lon juga bisa berpartisipasi dalam Acara ini di nomor telp (0651)637172 dan 0811689020 / SMS 0819 878 666

Untuk Selengkapnya, silahkan dengarkan podcast di bawah :