Podcast » Cakrawala

Harapan-harapan kepada Paduka Yang Mulia

17 December 2013 - 21:09 WIB

Malik Maghmud Al Haytar, secara resmi kemarin dikukuhkan menjadi Paduka Yang Mulia (PYM) Wali Nanggroe Aceh, dalam Sidang Paripurna Istimewa DPRA yang berlangsung lancar dan mendapat penjagaan sangat ketat selama empat jam. Selain dihadiri Menpan dan RB, Azwar Abubkar, sejumlah tokoh Aceh di Jakarta juga kelihatan pada sidang yang tak dihadiri oleh seluruh anggota dewan. Pangdam Iskandar Muda, Kapolda Aceh, Kepala Kejaksaan Tinggi juga tampak menjadi saksi sejarah pelantikan WN ke-9 itu.

Di tengah senyum Malik Mahmud menerima ucapan selamat dari berbagai kalangan yang menghadiri upacara itu, suara-suara penolakan terhadap kehadiran WN juga masih terdengar. Mereka tetap berpendapat lembaga WN belum urgen saat ini.

Di sisi lain, banyak pihak yang menyampaikan harapannya kepada Wali Nanggroe. Seorang akademisi dari Unsyiah, M Adli Abdullah SH MCL, mengingatkan, saat ini yang sangat diperlukan rakyat Aceh adalah perbaikan kehidupan yang lebih baik. Karena itu, Wali Nanggroe tidak terjebak pada kekuasaan dan hal-hal bersifat simbolik semata, melainkan harus mampu menghadirkan kesejahteraan dan kemakmuran bagi rakyat Aceh.

“Kalau kewenangan Wali Nanggroe itu sesuai wewenangnya yakni mengurusi wilayah adat dan sebagai pemersatu masyarakat Aceh, saya pikir tidak ada masalah. Tapi, kalau Wali Nanggroe bicara hal lain yang bukan menjadi bagiannya, maka pasti akan bermasalah,” ujarnya.

Harapan lainnya disampaikan Sartika SThI secara sangat simpel. Aktivis KAMMI Aceh ini mengatakan, sekarang ada dua petinggi Aceh yang kedudukanya sama-sama ‘Pelayan Rakyat’ yaitu Gubernur dan Wali Nanggroe. Satu harapan besar kita tumpukan kepada keduanya untuk menyejahterakan rakyat Aceh, dan selalu pro terhadap Syariat Islam.

Selain itu, Pendopo Gubernur dan Meuligoe Wali diharapkannya tidak “memasang” pengawal yang menyulitkan masyarakat untuk bertemu gubernur atau PYM Wali Nanggroe. Dalam pandangan Sartika, sebenarnya majikan adalah rakyat dan pelayan adalah pemerintah. Maka, pemerintah sebagai penyedia layanan, jika tidak tepat dalam menjalankan amanah, rakyat berhak menuntut. Begitulah seharusnya rotasi pergerakan pemerintah dijalankan. Bukan sebuah istana tinggi menjulang yang menyulitkan rakyat masuk ke sana. “Bekerja untuk rakyat, bekerja untuk Indonesia, bekerja untuk umat adalah prioritas tugas seorang pelayan publik,” kata Sartika.

Ya, itulah antara lain dari ribuan harapan yang disampaikan masyarakat melalui berbagai media menyusul “lahirnya” kembali Wali Nanggroe Aceh. Dari dua harapan itu paling tidak telah mencerminkan atau mewakili begitu banyak harapan lainnya yang tak mungkin kita tulis satu persatu di ruang ini.

Harapan pertama adalah agar PYM Wali Nanggroe bekerja sesuai “garis” kewenangannya sehingga tidak bertabrakan dengan lembaga-lembaga lainnya, terutama tugas-tugas Gubernur dan Wagub. Harapan kedua adalah, Wali Nanggroe hendaknya menjadi pengayom publik yang gampang ditemui, tanpa dipersulit oleh protokoler yang berlebih-lebihan. Sebab, Meuligoe Wali Nanggroe juga harus terbuka untuk rakyat. Artinya, Wali Nanggroe dengan jabatan dan kewibawaannya tidak menciptakan kehidupan yang eksklusif!

———————————————————-

Syedara lon, Program “Cakrawala” Radio Serambi FM bisa Anda dengarkan setiap Hari, Mulai Senin – Jum’at pada pukul 10.00-11.00 Wib.

Program ini mengupas “Salam Serambi” dengan menghadirkan narasumber berkompeten secara langsung ataupun by phone.
dan syedara lon juga bisa berpartisipasi dalam Acara ini di nomor telp (0651)637172 dan 0811689020 / SMS 0819 878 666

Untuk Selengkapnya, silahkan dengarkan podcast di bawah :