Podcast » Cakrawala

Mencegah Polisi “Ringan Tangan”

7 November 2013 - 18:26 WIB

Kapolres Nagan Raya, AKBP Gunawan Eko Susilo SIK membebastugaskan satu anggotanya yang terlibat pemukulan seorang warga Kecamatan Seunagan. Sang oknum polisi bersama saudara kandungnya memukul korban hingga harus menjalani perawatan intensif di ruang ICCU RSUD setempat. Hasil penyelidikan sementara, sang polisi bersama abang kandungnya “menghakimi” korban yang dituduh sebagai penyantet. “Kita akan usut tuntas kasus ini dan tidak akan ditutup-tutupi,” tegas Kapolres.

Berselang sehari kemudian, nun di Jakarta, seorang Satpam tewas ditembak saat sedang bertugas di satu kompleks perumahan. Hasil pemeriksaan, tubuh korban tertembus beberapa peluru hingga nyawanya tak bisa diselamatkan.

Yang mengejutkan dari peristiwa yang kedua ini, pelakunya ternyata seorang polisi dari kesatuan Brimob. Ia menyerahkan diri beberapa jam kemudian. Saat ini, sang anggota Brimob itu sedang menjalani pemeriksaan untuk mempertanggungjawabkan tindakan “lancangnya”.

Dari dua kasus tersebut, kita melihat indikasi adanya persoalan serius di tubuh lembaga penegak hukum itu. Utamanya adalah persoalan psikologis anggota polisi yang sangat mencemaskan. Sebab, makin hari makin banyak oknum polisi yang “ringan tangan”. Tak sekadar memukul dengan tangan kosong, tapi juga sangat sering menggunakan senjata dinas untuk menembak warga terkait dengan persoalan-persoalan pribadi dan sepele.

Kasus yang paling menonjol dan tak bisa diterima akal adalah penembakan tersangka penjahat yang sudah tertangkap. Penembakan itu selalu dialasani karena tersangka “berusaha melarikan diri” saat diminta menunjuk TKP dan sebagainya. Alasan “berusaha melarikan diri” ini telah berpuluh-puluh tahun dijadikan polisi sebagai pembenar untuk menembak kaki atau lutut tersangka penjahat. Dan, sudah tak terhitung lagi berapa banyak penjahat yang ditembak kakinya karena alasan “berusaha melarikan diri”.

Karena itulah kita sangat berharap adanya langkah serius dari institusi kepolisian untuk membina suasana psikologis anggotanya agar tak sering barlaku “ringan tangan” atau menembak seenaknya. Dan, pembinaan sikap mental anggota ini jangan bersifat insidental. Akan tetapi harus dilakukan secara kontinyu.

Kita masih ingat, beberapa tahun lalu, ketika banyak polisi yang menggunakan senjata seenaknya, lalu banyak anggota polisi yang dilucuti senjatanya. Untuk menggunakan senjata harus menjalani tes psikologis atau kejiwaan. Namun, kebijakan itu hanya “panas-panas tahi ayam”. Hanya berjalan semusim, lalu dilupakan. Barangkali, karena itu pula kini kian banyak oknum polisi yang “ringan tangan” dan sering salah tembak.

Yang lebih menakutkan lagi, oknum-oknum polisi bersenjata itu di antaranya tertangkap sebagai pemakai narkoba atau bahkan terlibat jaringan pengedar narkoba.

Maka, seperti kita sudah ingatkan tadi, Ketua DPR Marzuki Alie juga mengusulkan agar semua anggota kepolisian menjalani tes kejiwaan secara berkala. Langkah itu harus dilakukan antara lain agar tidak ada lagi oknum polisi yang gampang “ringan tangan” terhadap warga, apalagi sampai membunuh warga. Sebab, institusi Polri itu tugasnya melindungi masyarakat, bukan untuk mengintimidasi atau membunuh warga. Nah?!

—————————————————————–

Syedara lon, Program “Cakrawala” Radio Serambi FM bisa Anda dengarkan setiap Hari, Mulai Senin – Jum’at pada pukul 10.00-11.00 Wib.

Program ini mengupas “Salam Serambi” dengan menghadirkan narasumber berkompeten secara langsung ataupun by phone.
dan syedara lon juga bisa berpartisipasi dalam Acara ini di nomor telp (0651)637172 dan 0811689020 / SMS 0819 878 666

Untuk Selengkapnya, silahkan dengarkan podcast di bawah :