Podcast » Cakrawala

Siapapun Pasti Melawan Jika Dipaksa Makan Debu

24 September 2013 - 18:16 WIB

WARGA dari lima desa di Kecamatan Peureulak Timur, Aceh Timur mengaku hilang kesabaran dan ramai-ramai memblokir jalan nasional Banda Aceh-Medan yang sedang dalam proses perbaikan. Aksi itu terjadi karena masyarakat tak tahan lagi hidup di lautan debu yang berdampak munculnya persoalan sosial termasuk gangguan kesehatan.

Seperti dilansir koran ini, perbaikan Jalan Nasional Banda Aceh-Medan di kawasan Kecamatan Peureulak Timur, Aceh Timur sepanjang tiga kilometer yang tak kunjung rampung telah memunculkan persoalan serius berupa polusi debu bagi pengguna jalan maupun warga di sepanjang lintasan itu. Klimaksnya, Minggu 22 September 2013, masyarakat memblokir ruas jalan itu sambil menuntut agar persoalan debu diatasi dan pekerjaan secepatnya dituntaskan.

Pihak kepolisian turun tangan memediasi persoalan itu sekaligus menawarkan solusi mendatangkan mobil penyiram agar masalah debu bisa diselesaikan. Solusi tersebut diterima masyarakat dan aksi pun berakhir. Kemacetan panjang yang sempat terjadi hampir dua jam di ruas jalan nasional itu lancar kembali.

Ternyata solusi persoalan yang sudah berlangsung sekitar tiga bulan itu cukup sederhana, yaitu mendatangkan mobil tanki air dan menyiram lintasan yang kering dan berdebu tersebut. Pertanyaannya, kenapa selama ini solusi sederhana itu tidak dilakukan? Tak jelas kenapa, namun menurut dugaan beberapa sumber, pihak rekanan menganggap enteng persoalan bahkan mengira tak ada yang berani protes karena yang sedang dikerjakan itu adalah proyek untuk kepentingan umum.

Seorang pengguna jalan yang terjebak macet saat pemblokiran itu terjadi malah terkesan membela aksi yang dilakukan masyarakat. Warga tersebut menilai pelaksana proyek tidak profesional sehinggga berdampak terganggunya kelancaran jalan umum. Menurutnya, “Jangan mentang-mentang mengerjakan fasilitas umum lalu bisa seenaknya. Harusnya pelaksana proyek mengantisipasi persoalan debu agar tak muncul masalah. Yang ada di sepanjang jalur proyek itu manusia, bukan benda mati.”

Jika menyimak tanggapan yang disampaikan Ir Zusnan selaku PPK IV Dinas Bina Marga Aceh yang menangani proyek jalan nasional pada ruas Pantonlabu-Langsa-Batas Sumut, penyebab munculnya persoalan pada pelaksanaan proyek tersebut karena rekanan tidak melaksanakan tanggungjawabnya mencegah timbulnya masalah
dengan masyarakat. Padahal, kata Zusnan, sejak awal sudah diingatkan agar rekanan melakukan penyiraman supaya tidak muncul polusi debu yang mengganggu lingkungan.

Syukurlah, ternyata aksi pemblokiran jalan nasional itu telah membawa dampak positif, paling tidak untuk sementara ini persoalan debu sudah teratasi dengan dilakukan penyiraman. Semoga usaha rakyat seperti warung, kedai, dan kegiatan lainnya bisa normal kembali. Begitu juga anak-anak yang bersekolah di lintasan itu bisa terhindar dari penyakit yang tak diharapkan. Akan lebih baik lagi jika proyek pengaspalan secepatnya selesai.

Apa yang terjadi di ruas jalan nasional di Kemukiman Alue Lhok itu adalah pelajaran berharga bagi pihak rekanan. Kita semua berharap tidak ada yang mencari rezeki dengan menimpakan penderitaan kepada orang lain, meski proyek yang sedang dikerjakan adalah untuk kepentingan umum. Ingat, siapapun dipastikan akan melawan kalau hak-haknya terganggu, apalagi kalau dipaksa makan debu

——————————–

Syedara lon, Program “Cakrawala” Radio Serambi FM bisa Anda dengarkan setiap Hari, Mulai Senin – Jum’at pada pukul 10.00-11.00 Wib.

Program ini mengupas “Salam Serambi” dengan menghadirkan narasumber berkompeten secara langsung ataupun by phone.

Untuk Selengkapnya, silahkan dengarkan podcast di bawah